Lalu semesta mempermainkan aku. Cerita yang kami tulis tak pernah menjadi buku yang kelak bisa kami ceritakan pada para cucu. Kami berdiri pada dua frekuensi cinta yang berbeda. Aku cinta dia dan dia cinta wanitanya yang lama. Aku bisa apa?
Aku, si gadis kecil ayah ini, merutuki dirinya dengan kejam. Mengutuk dirinya mengapa tak sekalian saja semesta mencabut nyawanya. Biar lepas dan impas, sebab ia kini hanya sebuah barang bekas.
Tahukah kamu, aku sudah belajar berdamai dengan takdir, dengan menghadirkanmu dalam fikir. Lihat aja aku yang sekarang. Jangan kau korek bagian aku yang ingin segera kumakamkan.