Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Cermin Kata

23 April 2010   03:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:38 577 0
Apa yang Anda pikirkan ketika berada di depan cermin kaca? Ah, saya rasa banyak. Mungkin ada yang berpikir, "Aduh, jerawat ini bagai setitik nila di belanga susu." Ada pula yang berujar, "Oh, betapa eloknya parasku. Beruntunglah wahai ia yang menjadi kekasihku." Atau, ada yang tak ambil pusing memikirkannya karena bercermin sudah menjadi kebiasaan yang terjadi begitu saja. Sudah alamiah. Di lain kesempatan, ketika Anda sedang berjalan di depan etalase toko, Anda mungkin tak dapat menahan diri untuk sekadar melirik penampilan Anda. Mungkin, itu juga alamiah.Toh, apapun yang terbersit dalam benak Anda, tujuan Anda berdiri di depan cermin adalah untuk menala, menimbang, berpikir-pikir tentang penampilan fisik Anda sendiri.

Jika cermin kaca berguna untuk memandang penampilan fisik kita, cermin apakah yang dapat memandang pedalaman pikiran dan jiwa kita? Mungkin jawabannya adalah cermin kata. Cermin ini unik karena kita sendiri yang menyusun bentuk dan kejernihan cermin kata ini. Kata demi kata yang diuntai dengan baik, jujur, dan bermakna akan membentuk refleksi pedalaman pikiran dan jiwa kita dengan kualitas yang baik pula. Jika kualitas cermin kata semakin baik, maka kita akan mampu menyelami pedalaman pikiran dan jiwa kita dengan lebih bijak. Seperti halnya amsal yang dikumandangkan oleh seorang pujangga bijak ribuan tahun yang lalu tentang kegunaan "cermin kata". Dalam syairnya, ia menulis:

baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan untuk mengerti amsal dan ibarat, perkataan, dan teka-teki orang bijak
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun