Setelah sekian dasa warsa kita berpisah, sungguhnya aku merindukan sebuah kebersamaan, di mana kita sama-sama menelan pahit getir kehidupan. Tetapi niat kuurungkan.
Aku tidak berani datang karena kedatanganku sama halnya kembali mengulang seluruh ingatan. Serta menghidupkan waktu yang berlalu, di mana kita sama-sama tak ingin bertanggung jawab atasnya. Dan yang lebih perih, kedatanganku sama halnya menabur garam di atas luka.
Biarlah aku seperti bayang-bayang yang timbul tenggelam menghiasi kelopak senja. Mungkin itulah kata yang lebih tepat menggambarkan perasaanku. Perasaan yang telah beku sekian waktu, lalu mencair hingga mampu merasakan sesuatu.