Sekian purnama pustaka tertutup rapat
Di dalamnya tersimpan setangkup bukuÂ
Pemberianmu di hari istimewa itu
Lama ia singgah, lamun di sudut pekat
Usang menutup rapat, enggan membuka meski sesaat
Serempak angin datang laksana kilat
Membuka untaian yang tersekat
Diri bergeming cerat bersimbur lekat
Lembaran biru membuatku gagu
Garitan kisah kembali meresah
Takingin mengulang sebuah kisah
Apalagi menyematkan sedikit resah
Tentang rindu yang payah
Berawal gelisah semasa singgah
Namun tak kuasa bertolak karenanya
Sesekali aku bertanya pada Tuhan
Tuhan, kenapa ada pertemuan?
Kenapa digelar lembar putih mematut mahkota keemasan
Haruskah kusematkan kisah di dalam penantian?
Numun, hingga kini belum kudapat jawaban.