Dewasa ini, kaum muda kaum tua dan kaum-kaum lainnya lagi gembar-gembornya minum kopi. Dari kopi tubruk, espreso, kopi arabika, robusta, dan kopi nang kau dengan bismillah, Eh. Ya, kiranya tradisi minum kopi itu sedang hangat-hangatnya di Indonesia. Coffee shop merajalela di berbagai belahan Indonesia. Dari yang permanen, temporal, sampai keliling-keliling. Kira-kira, kalau tak salah kira, tradisi minum kopi beserta filosofi-filosofinya itu muncul dan merebak setelah penayangan film Filosofi Kopi. Tapi sebenarnya, sih. Sebelum itu pun, rakyat jelata juga sudah minum kopi dari beratus-ratus tahun sebelum abad ini. Cuma baru-baru ini aja, kumpul asal kumpul teriak, "Ngopi, woy. Ngopi!". Kemudian, muncul pula kaum Indie yang suka senja-kopi, senja-kopi. Aih, eling, senja-Kopi, senja-kopi, sakit maag, mati. Bahkan kaum Indie ini mengikrakan empat rukun Indie-nya yaitu: Senja, Kopi, Puisi, dan Naik Gunung (bila mampu). Tiada bosan-bosannya mereka mengimani senja. Tapi jangan salah, katanya, kopi itu minumannya para sufi. Loh, ini sebenarnya bahas apa?
KEMBALI KE ARTIKEL