Di awal ditekankan betapa pentingnya arti suatu pendidikan. Pernyataan itu ditujukan untuk mengomentari statemen Kemendikbud. Pendidikan Tinggi itu Kebutuhan Tersier Bukan Wajib Belajar.
Saya gak anti kuliah, justru dari awal ditegaskan, menuntut ilmu itu WAJIB.
Kewajiban menuntut ilmu itu dari BUAIAN hingga ke LIANG LAHAT. Artinya mulai dari bayi sampai mau mati, wajib belajar. Tapi apakah bayi atau orang jompo kuliah/belajar di bangku sekolah? kan nggak! Tapi tetep harus mendapat ilmu serta didikan/belajar!!
Belajar dari pengalaman, dari kehidupan nyata, belajar dari alam. Alam takambang jadi Guru. Begitu kata pepatah orang tua. Tidak semua orang bernasib mujur bisa kuliah di perguruan tinggi.
Cuma di sini lebih ke penguatan prinsip, dan statemen itu hiburan buat orang yang nggak kuliah/gak lulus kuliah, baik itu karna disebabkan kurang biaya atau memang gak mau kuliah, itu tergantung dan terserah pribadi masing-masing.
Intinya gapapa gak lulus kuliah, asal lulus ujian hidup ... yang justru gak ada mataperkuliahannya.
Contoh paling nyata, ilmu & seni hidup dalam berumah tangga, gak ada dipelajari di kampus manapun tentang ilmu tentang menghadapi permasalahan hidup rumah tangga ini, seolah-olah semua orang sudah ngerti dan sudah siap menghadapi segala permasalahan hidup rumah tangga dari A-Z.
Faktanya banyak yang gagal, banyak yang cerai, kalo gak cerai dengan alasan sayang anak, tapi apalah bahagianya hidup seperti itu.
Tingginya strata pendidikan tidak menjamin kedewasaan seseorang dalam kehidupan berumah tangga, seorang Doktor, PhD bahkan Proffessor belum tentu lulus, bisa tumbang dalam hal ini.
Kalau permasalahan Rumah Tangga aja gagal, jangan cerita permalahan lebih besar. Indonesia tidak kekurangan Pakar Ahli atau professor, tapi lihat kondisi bangsa ini. Tidak ada yang benar-benar memberi solusi, masing-masing terdiam, nyaman dalam 'kotak'nya sendiri.
Perceraian/pertengkaran dalam rumah tangga terjadi bisa karna permasalahan ekonomi, atau karna tidak mampu mengendalikan emosi ataupun campur tangan orang ketiga.
Berumah tangga bukan untuk waktu yang sebentar, tapi lama, seumur hidup, tapi sangat disayangkan tidak ada mataperkuliahannya, atau minimal pembekalan.
Ibarat perahu di tengah lautan, bakhtera kehidupan memerlukan nakhoda yang sangat piawai menghadapi berbagai macam kondisi, cuaca, ombak badai kehidupan.
Perlu kerjasama yang kompak antara nakhoda dengan awak kapal. Jangan sampai satu mengayuh ke barat, sementara yang lainnya mendayung ke timur, alamat akan pecah belah dua itu perahu. Itu yang terjadi dalam kehidupan saat ini.