Putin adalah politisi paling sukses di Rusia. Vladimir Putin lahir pada 7 Oktober 1952.Sebelum  menjadi Presiden Rusia, ia menjadi Perdana Menteri Rusia dari tahun 2000 dan 2008 hingga 2012.
Selama masa jabatannya sebagai Perdana Menteri, Putin juga pernah menjadi Presiden Partai Rusia Bersatu.
Putin telah bekerja untuk KGB
sebelum memasuki politik. Pada usia 23 tahun, ia mulai bekerja untuk KGB. KGB menunjuknya sebagai penerjemah di kota Dresden, Jerman.
Mereka yang mengenal Putin secara dekat mengklaim bahwa Putin hanya melakukan pekerjaan yang kurang penting seperti mengawasi pelaporan media.
Dia naik ke pangkat letnan kolonel di KGB.
Setelah runtuhnya Tembok Berlin, Putin kembali ke Rusia dan memulai politik. Ia melangkah dengan tegap ke politik Rusia  bergabung dengan pemerintahan Presiden Boris Yeltsin.
Ia diangkat tahun 1996 sebagai wakil kepala staf. Setahun kemudian, Â menjadi kepala badan intelijen Rusia KGB.
Sejarah dimulai, ketika pada awal 1999 Yeltsin mengangkatnya sebagai Perdana Menteri Rusia.
Pengunduran diri Yeltsin yang tidak terduga, Putin diangkat sebagai penjabat Presiden Rusia pada 31 Desember 1999.
Dia mengalahkan semua lawannya dengan memenangkan pemilihan presiden Rusia pada tahun 2000 dan 2004.
Menurut konstitusi
Rusia saat itu, tidak ada politisi yang bisa menjadi Presiden Rusia selama tiga periode berturut-turut.
Jadi Putin mengangkat Dmitry Medvedev sebagai Presiden Rusia dan dirinya sendiri menjabat sebagai Perdana Menteri.
Pada September 2011, atas perintah Putin, konstitusi Rusia diamandemen, Â masa jabatan Presiden Rusia ditingkatkan dari empat tahun menjadi enam tahun.
Pada Maret 2012, Vladimir terpilih kembali menjadi presiden Rusia dengan memenangkan pemilihan ulang. Dalam pemilihan presiden 2018 di Rusia, Putin mendapat lebih dari 75 persen suara.
Lalu bagaimana krisis Ukraina bermula. Itu terjadi setelah pembubaran Uni Soviet oleh Gorbachev.
Sebelumnya  hubungan antara Rusia dan Ukraina cukup ramah.
Rusia memiliki pengaruh kuat pada kebijakan luar negeri Ukraina. Pemerintah Ukraina juga bertindak atas perintah rezim Rusia.
Namun, ekonomi yang memburuk, inflasi yang meningkat, dan kekuasaan atas mayoritas berbahasa Rusia memicu pemberontakan.
Pemberontakan rakyat Ukraina pada tahun 2014 memaksa parlemen untuk menggulingkan presidennya yang pro-Rusia, Viktor Yanukoviv.
Pada tahun yang sama, Ukraina memilih pemimpin  yang pro-Eropa dan AS.
 Petro Poroshenko dipilih sebagai presiden. Sejak itu Viktor Yanukovich  terusir dan menjalani pengasingan di Rusia.
Pada tahun 2019,Presiden Ukraina berikutnya Volodymyr Zelensky mendeklarasikan dirinya ingin menjadi bagian dari Uni Eropa dan organisasi militer NATO.
Ukraina  mengamandemen konstitusi. Peristiwa ini membuat Putin jengkel dan mulai merasa bahwa Ukraina dapat menjadi ancaman bagi Rusia di masa depan