Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Inter Milan, Si Ular yang Gagal Menggigit

10 Juli 2020   12:44 Diperbarui: 10 Juli 2020   12:46 80 9
Inter Milan adalah sebuah anomali di antara klub Serie-A lain. Alih-alih ingin mengejar Juventus di puncak klasemen, Inter malah kembali menuai hasil buruk yakni ditahan imbang 2-2 oleh Hellas Verona pada laga pekan ke-31 pada, Jumat (10/7) dini hari WIB.

Tambahan satu poin dari laga tersebut membuat Handanovic cs sejauh ini telah mengoleksi 65 poin, hasil dari 31 pertandingan yang sudah dijalani.

Padahal jika saja berhasil meraih poin penuh di laga itu, Inter bakal sukses kembali ke posisi tiga dengan menggeser Atalanta yang saat ini mengoleksi 66 poin dari jumlah laga sama. Inter pun harus rela berada di posisi keempat.

Buat Inter, hasil ini merupakan kegagalan kedua mereka secara beruntun dalam meraih poin penuh. Sebelum hasil seri dalam Verona Vs Inter, mereka kalah 1-2 saat menjamu Bologna pada Minggu (5/7) di kandang sendiri, Giuseppe Meazza.

Posisi ke-4 yang mereka tempati saat ini seakan tidak mencerminkan materi pemain yang dimiliki. Terhitung semenjak beberapa musim terakhir ini musim il Biscone (si ular besar) rutin menggelontorkan dana jutaan poundsterling untuk mendatangkan pemain kelas Dunia untuk bersaing dengan klub Italia lain.

Pada bursa transfer musim panas lalu saja, mereka mendatangkan dua pemain dari Manchester United sekaligus, yakni Romelu Lukaku dan Alexis Sanchez. Kedua pemain ini tentu saja bukan pemain sembarangan, apalagi mereka berasal dari klub elite Inggris dan Eropa, yang jelas kedatanganya bukan untuk bersaing di posisi empat besar.

Bila menilik musim-musim sebelumnya, tidak sekali saja pemain rekrutan Inter yang berlabel 'bukan pemain sembarangan'. Di skuat saat ini juga masih ada Lautaro Martinez, striker Argentina yang cukup tajam dan belakangan tengah digoda untuk pindah ke Barcelona.

Selain Lautaro, masih ada juga duo bek tengah tangguh yakni Martin Skriniar dari Slovakia kemudian Stefan de Vrij asal Belanda yang mentereng semasa berkostum Lazio.

Prestasi Inter Milan Tak Pernah Baik-baik Saja

Selain soal pemain rekrutan dari capaian prestasi pun Inter belum kembali meraih trofi Liga Italia, semenjak terakhir kali didapatkan pada musim 2009/2010 saat masih diasuh oleh Jose Mourinho. Selebihnya, Inter acapkali 'sekedar' mempertahankan status sebagai peserta Serie-A.

Pergantian arsitek tim dari sejak masa keemasan di era Jose Mourinho sampai musim 2019/2020 ini ditangani oleh Antonio Conte pun seakan belum menjawab keinginan fans tim yang akrab dengan kostum biru hitam ini.

Harapan sempat terangkat pada awal musim ini saat Conte menjabat sebagai nahkoda tim. Conte tentu bukan pelatih sembarangan, ia pernah memenangkan Scudetto Serie A kala di Juventus dan trofi Premier League bersama Chelsea musim 2017/2018.

Dengan mengusung skema 3-5-2 yang menjadi trendmark dirinya, Conte memaksimalkan beberapa pemain lama dan baru di Inter untuk mendukung formulanya. Hasil dari kolaborasi itu cukup membuat Inter mampu berbicara di beberapa pekan Liga.

Bahkan dibeberapa pekan awal Serie A, Inter membuat start yang fantastis dengan memimpin klasemen dan meninggalkan lawan-lawannya seperti Juventus, AC Milan, AS Roma dan Lazio. Namun kegemilangan Inter tak bertahan lama menjelang pertengahan musim, mentalitas dan kepercayaan diri yang selalu menjadi momok bagi Inter kembali kumat.

Selain soal pesikis, Conte pun sempat mengeluhkan soal komposisi pemain yang dimilikinya. Menurutnya kedalaman skuat yang diasuhnya tidaklah istimewa, hal ini lah yang berdampak pada performa Inter yang selain mulai kalah bersaing di Serie-A juga tersingkir dari Liga Champions semenjak dari penyisihan grup.

Performa Inter agaknya harus dibaca tidak sekedar di lapangan hijau, mereka membutuhkan kesabaran serta manajemen yang lebih terstruktur di luar lapangan. Meskipun saat ini dibawah kepemilikan sebuah konsorsium asal Cina, mere harus mengerti bahwa 1 musim tentu tidaklah cukup untuk mewujudkan skuad yang mampu bersaing atau merebut Scudetto.

Pemain yang telah memperkuat klub dalam jangka waktu lama dan berpenampilan stabil tentu wajib dipertahankan agar mampu menopang pemain baru yang didatangkan. Skuad yang cenderung dirombak setiap 1--2 musim tentunya akan sulit memiliki kekompakan dalam menerapkan strategi pelatih. Butuh waktu lebih dari pra-musim agar hasil di lapangan juga dapat menjawabnya.

Pada akhirnya, Inter Milan kembali berkutat di di posisi empat besar menjelang berakhirnya musim 2019/20 ini. Sisa 7 pertandingan menjadi pertarungan untuk menentukan kompetisi mana yang akan mereka arungi musim depan, Champions League atau Europa League. Nasibmu, Inter...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun