Bila pertandingan sepak bola tak kunjung kembali bergulir lagi. Para penggila sepak bola bakal semakin mobat mabit.
Setiap memasuki bulan Ramadan di Indonesia, biasanya cukup dihibur dengan beberapa pertandingan sepakbola yang menarik dan bergelar pertandingan penting. Sejumlah pertandingan yang disajikan selama bulan ramadan seperti "lauk" yang menggugah makanan selama bulan ramadan.
Sudah pasti bagi para penggila sepak bola yang cukup fanatik oleh candunya, akan dibela-belain begadang untuk menonton pertandingan tim kesayangannya. Apalagi pertandingan-pertandingan tersebut disiarkan beberapa tivi swasta yang bertepatan dengan jam tengah malam dan menjelang waktu sahur, bahkan hingga waktu subuh.
Masih segar dalam ingatan saya, waktu Ramadan tahun lalu. Kita disuguhi oleh pertandingan final Liga Champions antara Liverpool vs Tottenham Hotspur, dimana dalam laga tersebut Liverpool memenangi laga dan berhak menggondol trofi Liga Champions musim 2018/2019.
Atau persaingan untuk meraih juara Liga Inggris yang melibatkan dua klub besar, yakni Manchester City dan Liverpool yang saling kejar-kejaran poin. Manchester City sebagai petahana kembali berhasil mempertahankan gelarnya diakhir musim, sementara puasa gelar Liga Inggris selama 30 tahun bagi Liverpool berlanjut.
Namun, itu tadi hanyalah kenangan saya atas suasana tahun lalu. Sementara sekarang yang terjadi tidak begitu. Setelah dua bulan berlalu semua kompetisi sepak bola di berhentikan sejak pertengahan bulan Maret lalu, akibat wabah virus Corona yang telah menjadi pandemi dunia.
Kerinduan terhadap tontonan sepak bola timbul seketika. Karena tidak ada tontonan yang seseru menyaksikan pertandingan sepak bola. Para penggila sepakbola tentu mendapatkan ujian terkait pandemi ini dan dibuat merana dalam situasi ini karena kehilangan hiburannya yang bisa melepaskan rasa penat setelah seharian bekerja atau sekedar hiburan alternatif dikala kita menunggu waktunya santap sahur.
Ini sangat menyedihkan. Seharusnya pada bulan yang penuh berkah ini, kami disuguhkan oleh pertandingan seru, penuh intrik, anti klimaks dan menarik di akhir-akhir kompetisi sepakbola di liga Eropa baik liga Inggris, Italia, Spanyol maupun partai puncak Liga Champions dan Europa League.
Tapi, apa daya. Pandemi menerjang kita. Maka semua pihak harus mengikuti instruksi yang dikeluarkan oleh pemerintah, seperti menjaga pola hidup sehat, pakai masker dan tidak banyak melakukan aktivitas di luar rumah.
Pada kondisi saat ini. Disaat kita harus dirumah aja, hanya bisa menyaksikan sepak bola melalui YouTube atau media sosial yang lain, itu pun hanya berupa siaran ulang. Meski bisa sedikit menjadi obat kerinduan, namun lama kelamaan sudah mulai berasa bosan dan enggan karena tidak ada aksi terbaru dari pemain yang ditayangkan. Karena yang ada hanyalah video-video highlights pertandingan sebelum virus corona muncul.
Pasalnya, kepastian akan kelanjutan kompetisi sepakbola baik di kompetisi Eropa maupun Indonesia sendiri masih di ambang tanda tanya mengingat jumlah pasien positif Covid-19 di dunia masih terus bertambah hingga saat ini.
Jika situasi tak kunjung membaik dan belum layak untuk melanjutkan kompetisi, bisa saja otoritas tertinggi sepak bola seperti FIFA, UEFA, AFC ataupun PSSI memperpanjang penangguhan bahkan men-stop kegiatannya. Akibatnya, para pecinta bola juga tidak akan mendapat tontotan favoritnya.
Situasi ini sangat berbahaya bagi psikis kami. Kami terancam depresi seperti, malas, lemas, kurang nafsu makan, kurang energi, dan rendah percaya diri, selama pandemi virus Corona yang menyebabkan kompetisi sepak bola terhenti.
Gejala depresi tersebut mulai saya rasakan, dimana saat harus melakukan isolasi diri bingung mau ngapain, meski ditengah pandemi ini saya masih memiliki tanggungjawab pekerjaan. Hal tersebut malah menimbulkan pengaruhi terhadap pekerjaan yang saya lakukan. Kenapa?
Karena setiap situasi krisis seperti pandemi Covid-19 ini pastinya akan menimbulkan dampak psikologis pada setiap orang. Contohnya, keharusan dirumah aja sambil rebahan dan menscrol HP, kemudian yang kita temukan adalah berita-berita yang berisi tentang pandemi tersebut dengan berbagai informasinya yang menarik, bahkan dibumbui juga saling pro kontra dalam cara penanganannya dan bla...bla...bla... lainnya.
Sebagai orang yang merindukan nonton bola sebagai salah satu hiburan terpenting di dunia, tentu hal ini sangat membuat risih saya. Meski perlu digaris bawahi bahwa saya tak terlalu jago memainkan si kulit bundar ini. Tapi saya merasa sepakbola bukan hanya sekadar menendang dan mengumpan bola. Ada cucuran keringat dan semangat menggebu yang begitu sakral dibalik larian para pemain dan gemuruh suara dari tribun penonton.
Bayangkan posisi kami, kami mendapat dua beban. Beban yang tak terbiasa dari pandemi ini seperti PSBB atau dirumah aja dan beban tidak nonton bola. Beban kami jauh lebih berat daripada beban non-penggila bola sepertinya.
Soalnya kala menonton sepak bola bisa membuat perasaan emosi maupun bahagia bercampur aduk dengan berbalut kebahagiaan dan kegembiraan. Reaksi tersebut hanya dapat timbul ketika kita menonton sepak bola yang dapat menambah kesehatan otak dan mencegah risiko depresi serta kesepian di usia lanjut.
Dengan kehadiran Corona ini yang entah kapan berakhir telah mendatangkan kerinduan, ya kerinduan terhadap sepak bola. Apalagi kabarnya untuk kompetisi Liga Indonesia sendiri lebih baik tidak dilanjutkan. Apa jadinya, kalau sepak bola tidak bisa dilanjutkan, penggila bola kayak saya mau ngapain ya?
Nonton drakor? atau jadi tukang gebukin maling?
Wahai Corona tolong udahan, udah bosen bener ini persendian selonjoran mulu. Tolong pertimbangkan secara khusus nasib kesejahteraan batin para penggila bola?