Semoga kalimat pengantarnya sudah cukup lebay, yah. Kalau belum cukup dramatis, silakan tambahkan di kolom komentar. Baiklah, mari kita langsung ke pokok masalah.
Jakarta yang biasanya setiap hari dipadati kendaraan, sekarang bisa sepi bagaikan kota mati. Bahkan di malam hari, Jakarta yang biasanya gemerlap berubah menjadi sunyi, sepi bagaikan tak berpenghuni.
Selama merantau di Jakarta, saya sempat bergumam "Kayaknya Jakarta ini tidak akan pernah sepi sampai kapanpun, tengah malam pun masih ada mobil atau motor seliweran". Namun kali ini saya tertohok melihat kenyataan ini, Jakarta seperti kota mati.
Hal ini disebabkan oleh kebijakan baru dari Pemprov DKI Jakarta yang mulai memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), sesuai Pergub No.33 tahan 2020 aturan berlaku selama 14 hari ke depan sejak Jumat (10/4/2020) sampai Kamis (23/4/2020).
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan secara nasional hingga 14 April 2020 tercatat 5.136 orang terinfeksi virus corona. Sebanyak 469 orang meninggal dunia dan 436 orang dinyatakan sembuh. Sementara di Jakarta terdapat 2.474 kasus positif virus corona. Data ini menunjukkan sebaran virus di wilayah DKI Jakarta sangat tinggi dan cenderung mengkhawatirkan mengingat daya tular dari virus ini begitu cepat.
Peraturan PSBB ini mengatur berbagai ragam hal seperti dilarang berkerumun di atas 5 orang akan dibubarkan aparat, kemudian kegiatan perkantoran dihentikan kecuali 8 sektor termasuk kesehatan, pangan, bank, dan lainnya. Bahkan, warga yang diizinkan beraktivitas mesti menggunakan masker saat berada di luar ruangan.
Selain itu mengatur juga tentang transportasi umum maupun pergerakan kendaraan pribadi. Dimana jumlah penumpang pun dibatasi hanya 50 persen dari kapasitas angkut resmi yang diperkenankan, serta mobil maupun motor pribadi hanya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan pokok dan aktivitas tertentu saja.
Menghadapi Pandemi
Terbesit dalam dalam pikiran, bagaimana jika keadaan ini tak bisa kembali lagi seperti semula, artinya Jakarta yang sudah sepi seperti kota mati atau bahkan seperti kota hantu dalam seri film televisi The Walking Dead, ih serem !
Dalam alur film tersebut diceritakan bahwa dimana sebuah kota dipenuhi hantu-hantu berkeliaran yang diakibatkan oleh sebuah virus. Nah, dari nukilan cerita film itu kalau pemerintah tidak serius membereskan pandemi Covid-19, maka kota-kota di Indonesia akan seperti di film tersebut.
Hantu-hantu berkeliaran karena Covid-19. Yang kemudian bisa diartikan, kota-kota di Indonesia akan menjadi kota hantu karena semua penduduknya punah terserang Covid-19. Ahhh semoga tidak seperti itu dan hanya sebuah cerita dalam film.
Keresahan saya dan sebagian besar masyarakat Indonesia ada yang menyelusup dalam jiwa kita, mengalir ke sekujur tubuh kita, terbawa oleh aliran darah ke otak kita, sebuah informasi yang mengatakan bahwa ketakutan, kecemasan, perasaan was was tengah menghantui kehidupan di luar sana.
Virus corona betul-betul membuat merana. Tak hanya warga Jakarta, nasib serupa juga dialami warga di sekitarnya, Depok, Bogor, Bekasi, maupun Tangerang. Bahkan, sejujurnya sudah menyebar ke seluruh Indonesia termasuk ke kampung halaman saya di Ciamis.
Jakarta tercatat sebagai kota paling banyak terinfeksi corona. Wajar, mengingat Jakarta merupakan kota yang paling padat penduduk dan sebagai pintu masuk paling ramai dari dalam maupun ke luar negeri.
Tapi kabar baiknya, fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dengan peralatan canggih dan lengkap juga ada di Jakarta. Paling tidak, penderita corona akan jauh lebih baik penanganannya ketimbang rumah sakit di daerah.
Meski belum sempurna, Jakarta sudah memiliki protokol penanganan virus Corona. Teknologi bisa membantu melengkapi. Aktifitas keramaian di gedung, pasar, mall, yang masih diizinkan dibuat standarnya, ada pemeriksaan. Aktifitas bisa jalan, jika ada SOP. Sehingga Jakarta bukan kota mati.
Suatu hari nanti saya bakal bilang ke anak cucu bahwa: Jakarta bukan lagi kota yang tidak pernah mati, Jakarta pernah jadi kota mati, namun untuk dapat hidup kembali menata hari.
Dengan adanya rasa takut, seorang hamba akan termotivasi untuk rajin mencari ilmu dan beribadah kepada Allah SWT. Selain itu, rasa takut inilah yang juga dapat mencegah keinginan untuk berbuat maksiat. Allah berfirman, "(Yaitu) orang-orang yang takut akan (azab) Tuhan mereka, sedang mereka tidak melihat-Nya, dan mereka merasa takut akan (tibanya) hari kiamat," (QS al-Anbiya: 49).***