Awal lembar hari kamis, 8 maret 2012 sepanjang jam 3-4 dini hari, bersama iringan irama gelombang hujan yg sesekali rintik2 & sesekali juga deras, memecah byk hal, dari asap yg mengepul, dinginnya cuaca, hingga sejuta pikiran & hayal yg terbang mengawang2 tdk jelas entah kemana.
Di tengah hampa sendiri dgn aneka kegamangan itu, lagi-lagi Facebook menjadi pelarian menarik. Maksudnya menarik bagi org yg tdk punya pelarian lain yg lebih menarik. Padahal sy tau, berselancar di Facebook itu hanya menawarkan itu-itu saja; chat silaturrahmi dgn teman2 lama hanya menarik di awal pertemuan saja. Chat ta’arufan dgn teman baru, yg sy temui banyak yg GJ (gak jelas). Ngapdet status, saling komen komonikasi terbuka lintas arah, bosen krn sdh terlalu sering. Mencari bekas teman special juga tdk kunjung ketemu, walaupun sy yakin semuanya pasti ber-Facebook-ria juga. Terus?
Mau mempromosikan produk bisnis, sy tdk lagi jadi pengusaha. Mau menciptakan opini, suara sy tdk terlalu nyaring utk menghebohkan keadaan, seperti rencana kenaikan BBM yg mulai mewacana belakangan ini, klopun dgn lantang sy bilang mari kita tolak, apalah artinya suara sy. Mau melakukan pencitraan organisasi, sy tdk punya organisasi yg syarat kepentingan. Dan mau mencitrakan diri sendiri, sy lebih suka tampil sederhana apa adanya, mungkin tdk seperti para politisi yg sukanya rekayasa-sana & rekayasa-sini.
Lantas, sy juga tdk mengerti knp sy selalu ketagihan ber-facebook-ria. Mungkinkah krn sesekali ingin mengetahui perkembangan “si dia”, yg membuat sy bertahan terus ber-Facebook-ria..? Ah, entahlah.. Yang pasti (menurutku) Facebook itu mengandung zat kimia seperti snack yg sering kita beli waktu kecil & mengandung unsure candu seperti narkoba yg haram & dilarang itu. Bahkan nilai candu & zat kimia-nya jauh lebih tinggi dari snack & narkoba.
Jadi belajar dari pengalaman saya, antisipasi agar tdk MABUK FACEBOOK, maka biasakanlah menahan diri utk tdk ber-facebook-ria berlebihan & gunakan Facebook disaat wkt kosong, sesuai porsinya serta hanya utk hal2 yg berguna saja... ok?
(yudik.ainur.rahman/kamis.8.maret.2012)