Tulisan ini karya Syam Hijrawati, seorang fotografer lepas, pemerhati sosial, wisata dan kuliner. Saat ini sedang aktif sebagai karyawan di sebuah perusahaan automotif swasta di Makassar. MAKASSAR TIDAK KASAR kakak, hati kami biru! Biru itu tenang tapi menekan/kuat, sama seperti kami yang keras tapi kami tidak kasar. Dua hal itu berbeda kakak, jelas sangat berbeda. Keras itu karakter, setiap bangsa/pribadi yang memiliki prinsip dan berkomitmen atasnya pastilah akan memiliki karakter tersebut agar tak ada pelanggaran. Disini, kami masih sangat menghormati dan mempertahankan adat-istiadat, masih banyak hal tabu yang tidak boleh dilanggar. Adat adalah identitas, dan itu yang harus kami jaga dan lestarikan, kami adalah pewaris dan harus bisa ikut mewariskan bukan menjadi generasi yang melupakan.
Lantas kapan keras bisa menjelma menjadi kasar? Ketika prinsip yang kita pegang itu tidak di topang dengan intelektualitas yang memadai, sehingga kita yang merasa memiliki ilmu dan kuasa akan menjadi arogan dan haus untuk memberontak, menganggap diri paling benar. Kasar itu luapan emosi yang melekat sehingga menjadi ciri/sifat, yang seperti ini bisa kita temukan dimana saja. Ubahlah mindset kalian, kasar tak melulu bicara soal Makassar.
KEMBALI KE ARTIKEL