Ada salah satu kearifan lokal kita yang tercermin dalam pepatah berbahasa Jawa “sadumuk bathuk, sanyari bumi, ditohi pati.” Terjemahannya adalah “seujung jari sentuhan di dahi, sejengkal tanah, nyawa taruhannya.” Terjemahan bebasnya “kehormatan” dan “kedaulatan” adalah harga mati yang kita rela membelanya bahkan hingga “pecahing dada wutahing ludira" atau “pecahnya dada dan tumpahnya darah.” Alias “menyabung nyawa hingga titik darah penghabisan.”