Festival ini mengetengahkan isu lingkungan hidup di Kalimantan. “Seperti yang kita tahu, Kalimantan merupakan paru-paru dunia. Namun sayangnya, kerusakan sudah mulai timbul di sana,” ujar Susilowati Lestari, Head of Public & Supporter Relations WWF Indonesia. Salah satu strategi WWF dalam meningkatkan kesadaran masyarakat adalah mengenalkan Kalimantan sendiri pada masyarakat. Bukan masyarakat urban di Kalimantan pada umumnya, melainkan Masyarakat suku Dayak yang tinggal secara langsung di alam Kalimantan.
Tidak hanya itu acara ini menghadirkan Jimmy Syahirsyah sebagai seorang fotografer WWF dan sempat memberikan program pelatihan fotografi dan praktik secara langsung oleh Suku Dayak asli Kalimantan. "Foto dapat menjadi salah satu sarana bagi masyarakat, khususnya pedalaman, untuk bercerita kepada masyarakat luar mengenai kehidupan mereka. Baik dari potensi daerah yang mereka tinggali, masalah yang mereka hadapi sampai berbagi nilai atau value dalam masyarakat adat. Hal ini yang kemudian akan menjadi daya tarik bagi masyarakat luar untuk mengunjungi suatu daerah dan kemudian mendukung terbentuknya sebuah lokasi wisata yang baru," papar Jimmy.
Sebagai bentuk dukungan terhadap green economy WWF juga memberikan ruang bagi Masyarakat Krayan untuk mempromosikan potensi alamnya yaitu berupa beras organik asli dari masyarakat Krayan. Beras yang dikembangkan Masyarakat Krayan di dataran Tinggi Heart of Borneo ini mengutamakan pola pertanian alam yang masih terjaga seperti air yang murni dan jernih serta lahan yang masih alami sehingga beras Adan Krayan ini disebut sebagai beras organik yang bebas dari bahan-bahan kimia.
Masih banyak Upaya-upaya WWF dalam mengenalkan Heart of Borneo ini kepada masyarakat kota seperti Kebudayaan dalam bentuk tarian, tattoo, Alat musik dll. Semua ini perlu kita kenalkan dan perlu untuk dijaga, karena kekayaan alam tidak akan punah jika kita selalu menjaga dan melestarikanya.
Tentunya setelah hari Bumi berakhir tidak serta menjadikan upaya pelestarian dan perlindungan terhadap alam sekitar ini berakhir. “Kami berharap melalui acara ini pesan untuk menjaga lingkungan akan tersampaikan pada masyarakat dan terus terpatri. Orang kota tidak perlu ke hutan untuk menjaga lingkungan hidup. Cukup dengan mengubah gaya hidup menjadi green lifestyle. Yuk! Waktunya untuk bertindak demi kelestarian lingkungan hidup kita,” tutup Susilowati.