Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Perspektif Imam Al Ghazali dalam Akhlak dan Tasawuf

7 Oktober 2024   13:00 Diperbarui: 7 Oktober 2024   15:23 134 1
Imam Al-Ghazali adalah ahli fiqih, filsafat serta terkenal seorang pemikir Islam terkemuka yang sangat dipengaruhi oleh tasawuf. Bagi Imam Al-Ghazali, tasawuf bukanlah suatu bid'ah tetapi merupakan suatu cara untuk mendekatkan diri pada Tuhan dengan pengetahuan dan pengalaman spiritual yang mendalam.Dalam perspektif Imam Al-Ghazali, tasawuf mencakup tiga aspek penting, yaitu tazkiyat al-nafs (penyucian jiwa), ihsan (kesempurnaan dalam ibadah), dan salah satu tujuannya adalah untuk meraih ma'rifatullah (pengetahuan tentang Tuhan) yang hanya dapat dicapai melalui pengalaman spiritual yang intens.
Menurut Imam Al-Ghazali, tasawuf juga sangat penting dalam menjaga keseimbangan antara aspek lahiriah dan batiniah dalam agama Islam. Ia mencatat bahwa kebanyakan orang hanya fokus pada aspek lahiriah, seperti beribadah dengan melakukan shalat, puasa, dan membayar zakat, tetapi sering kali lupa untuk mendalami aspek batiniah, seperti penyucian jiwa dan pengalaman spiritual.
Oleh karena itu, tasawuf dapat memainkan peran penting dalam membantu seseorang untuk mencapai keseimbangan spiritual yang diperlukan dalam kehidupan.Dalam pandangan Imam Al-Ghazali, tasawuf juga memainkan peran penting dalam mencapai kebahagiaan dan kedamaian dalam hidup.Ia percaya bahwa kesadaran spiritual dan pengetahuan tentang Tuhan dapat membantu seseorang untuk menyelesaikan masalah kehidupan dan mencapai kebahagiaan sejati dalam hidup. Oleh karena itu, Imam Al-Ghazali menekankan pentingnya tasawuf dalam mencapai tujuan-tujuan spiritual dan duniawi dalam hidup.berikut latar belakang Imam Al-Ghazali.
Al-Ghazali adalah Muhammad bin Muhammad, Beliau telah mendapat gelar Imam besar Abu Hamid Hujjatul Islam yang dilahirkan pada tahun 450 H/ 1085 M, di perkampung Ghazalah, Thusia, kota di Khurasan, Persia.Beliau  keturanan Persia dan mempunyai hubungan keluarga dengan raja-raja saljuk yang memerintah daerah Khurasan, Jibal, Irak, Persia, dan Ahwaj. Ayahnya seorang miskin yang jujur, hidup dari usaha sendiri, bertenun kain bulu dan ia sering kali mengunjungi rumah 'Alim ulama untuk menuntut ilmu dan berbuat jasa kepada mereka. Ayah Al-Ghazali sering berdoa kepada Allah agar diberikan anak yang pandai dan berilmu. Akan tetapi belum sempat menyaksikan jawaban Allah atas doanya, ia meninggal dunia pada saat putera idamannya masih usia anak-anak.Disamping itu, Al-Ghazali mempunyai seorang adik yang bernama Ahmad, keduanya menjadi ulama besar dan pekagum serta pecinta ilmu. Berkat bantuan seorang sufi sederhana dengan sedikitharta yang diwariskan oleh orang tuannya, Al-Ghazali dan saudaranya memasuki Madrasah Tingkat Dasar (Madrasah Ibtidaiyah) dengan memahami ilmu-ilmu dasar. Gurunya yang utama di madrasah itu adalah Yusuf Al-Nassaj, seorang sufi yang kemudian disebut juga dengan nama Imam Al-Haramain, Al-Nassajlah yang pertama kali meletakan dasar-dasar pemikiran sufi pada diri Al-Ghazali.Seterusnya, Al-Ghazali mempelajari ilmu fiqih, mantiq, dan ushul.Beliau pun mempelajari antara lain falsafah dari risalah-risalah ikhwanusshofa karangan Al-Farabi
dan Ibnu Maskawaih, sehingga melalui ajaran-ajaran ahli filsafat itu, Al-Ghazali dapat menyelami faham-faham Aristoteles dan pemikir Yunani yang lain. Ia pun mempelajari ajaaran Islam dariimam Syafi'i, Haramlah, Jambad, Al-Muhasibi, dan lain-lain. Al-Ghazalipun berguru pada imam Abu Ali Al-Faramzi, murid Al-Qusyairi yang terkenal dan shabat Al-Subkhi, ia memiliki jasa yang besar dalam mengajar ilmu tasawuf pada Al-Ghazali. Suatu ketika, Al-Ghazali ikut sertadalam perdebatan dengan sekumpulan ulama dan para intelek yang dihadiri oleh Nidham Al-Mulk.Oleh hal yang demikian, berkat penguasaan hikmat wawasan ilmu yang luas serta kelancaran berbahasa.Al-Ghazali berhasil memenangkan perbezaan ilmiah itu. Kemampuannya itu dikagumi Nizham Al-Mulk, sehingga menteri ini berjanji akan mengangkatnya menjadi guru padasekolah yang didirikannya di Baghdad. Rangkaian peristiwa yang bersejarah bagi Al-Ghazali ini tejadi pada tahun 484 H, atau 1091 M.
Pada usia 33 tahun, Al-Ghazali diangkat menjadi Profesor pada Universitas Nizhamiyah
di Baghadad, dan ia memperoleh suatu kedudukan yang tinggi dalam dunia ilmu pengetahuan pada masanya. Nizhamul Mulk makin tertarik dengan kemampuan Al-Ghazali, makadiundangnya Al-Ghazali supaya pindah ke Mu'askar, tempat kediaman perdana menteri itu dan tempat tinggal pembesar-pembesar Negara serta ulama dalam bagian ilmu.Al-Ghazali dikenal sebagai tokoh yang agung, mudah mpunyai martabat tinggi dan populor, di samping setiap ucapan dan tulisannya mudah disimak, bahkan pada zamannya tidak ada yang menandinginya.
 
A.PENGERTIAN AHKLAK DAN TASAWUF
Menurut Imam Al-Ghazali, akhlak adalah sifat-sifat jiwa yang tertanam dalam diri manusia, yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan terlebih dahulu. Akhlak terbagi menjadi dua, yaitu akhlak mahmudah (terpuji) dan akhlak mazmumah (tercela). Akhlak mahmudah adalah sifat-sifat jiwa yang sesuai dengan fitrah manusia, seperti kejujuran, kesabaran, kasih sayang, dan sebagainya. Akhlak mazmumah adalah sifat-sifat jiwa yang menyimpang dari fitrah manusia, seperti kebohongan, kemarahan, kedengkian, dan sebagainya. Tasawuf adalah salah satu ilmu penting dalam Islam. Secara umum diartikan sebagai ilmu untuk menyucikan hati, membaguskan akhlak demi memperoleh kebahagian dunia dan akhirat. Kata tasawuf (tashawwuf) berasal dari kata shuf (wol) dan bentuk fi'il madhi "tashawwafa" berarti memakai kain wol. Seseorang disebut sufi (pengamal tasawuf) bukan sekadar karena memakai kain wol saja, melainkan karena kesucian dan kebersihan hatinya yang merupakan karunia dari Allah.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun