Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Artikel Utama

Rewards dalam Pendidikan Anak

16 November 2013   13:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:06 602 11
orang tua adalah pendidik pertama dan utama. bukan hanya ibu, bapak pun bisa

Masih hangat dalam pembicaraan tentang kasus 35 siswa SMA Negeri 46, Jakarta Selatan, yang telah dikeluarkan dari sekolah karena membajak bus. Anak-anak tersebut di keluarkan dari sekolahnya. Persoalan itu mencuat ketika Ahok memberikan pandangannya dalam acara Lokakarya Pembelajaran Implementasi Sekolah Aman Komprehensif, di Balaikota Jakarta. Pada kesempatan itu, Ahok mengatakan bahwa kenakalan pelajar yang sudah melakukan tindak kriminal patut diberikan tindakan tegas. Tindakan tegas yang dimaksudkan Ahok mulai dari tinggal kelas hingga dikeluarkan dari sekolah. Pada kesempatan itu, Ahok juga meminta kepada orang tua untuk selalu mengawasi perilaku anak-anak mereka. Ahok melihat pentingnya peranan orang tua dalam proses pembentukan karakter anak.

Umumnya, anak-anak akan menangis atau mengamuk ketika permintaannya tidak dipenuhi oleh orang tua. Tidak hanya itu, ada kalanya anak-anak itu berusaha merusak apa pun yang ada di sekitarnya. Alasannya: minta sesuatu tetapi di larang oleh orang tuanya. Di sinilah ujian bagi orang tua. Sayangnya, orang tua tidak lulus pada bagian ini. Karena malu atau alasan lain, akhirnya orang tua memenuhi permintaan anaknya. Tanpa disadari, orang tua telah menanamkan sebuah makna buruk bagi anak-anak: “menangis atau mengamuk adalah syarat untuk memperoleh apa yang diinginkan”.

Mengamuk atau menangis hingga meraung-raung adalah sebuah gejala ketidakwajaran. Sekali orang tua memenuhi keinginan anak-anaknya dalam situasi dan kondisi ketidakwajaran ini, akan menyebabkan pengulangan perilaku. Bukan hanya pengulangan, tetapi bisa semakin meningkat di saat-saat selanjutnya. Misal: awalnya anak hanya menangis ketika permintaannya tidak dituruti. Periode berikutnya, anak akan menangis sambil berteriak. Para periode berikutnya bisa bertambah lagi: sambil mengamuk. Bahkan, anak akan berani memberikan ancaman kepada orang tua. Ketika tidak dituruti, anak tidak mau sekolah, anak akan pergi dari rumah, dan lain sebagainya.

Dalam banyak kesempatan, tidak semua orang tua mau disalahkan atas perilaku buruk anaknya. Pun pula dalam kasus pelajar SMA Negeri 46. Betapa meradangnya orang tua ketika anak-anaknya dibilang calon preman karena membajak bus. Jika bukan anaknya sendiri, mungkin para orang tua itu akan manggut-manggut mengiyakan bahwa membajak bus adalah sebuah tindakan kriminal dan bisa membahayakan banyak orang.

Mestinya, orang tua harus memiliki keteguhan hati untuk kebaikan anak-anaknya. Keteguhan hati itu adalah jangan pernah memberikan imbalan atas perilaku negatif anak. Ketika anak telah melakukan tindakan kriminal dan justru dilindungi dan dibela, hal itu bisa menjadi sebuah legitimasi bagi anak. Keteguhan hati orang tua akan tampak ketika berani mengatakan salah untuk tindakan salah dan benar untuk tindakan benar yang dilakukan oleh anak-anaknya.

Orang tua harus berani memberikan penjelasan kepada anak. Penjelasan itu harus masuk akal dan dapat diterima oleh anak. Ketika anak mulai menunjukkan perilaku yang tidak wajar, tentu orang tua akan merasa iba, kasihan, atau tidak enak hati. Pada saat itulah, orang tua harus bertegar hati untuk tidak menyerah pada keinginan anak. Lama kelamaan, perilaku yang tidak wajar itu akan berkurang. Tentu bukan sebuah proses sekali jadi, melainkan membutuhkan proses yang lama dan membutuhkan konsistensi dari orang tua.

Proses akan semakin pendek ketika pola-pola pendampingan orang tua telah ditanamkan secara benar sejak anak berusia dini. Sejak dini, anak harus dijauhkan dari kebiasaan “mengamuk = permintaan dikabulkan”. Butuh kesabaran ekstra dari orang tua untuk mencapai tujuan itu. Demi kebaikan anak, orang tua harus sabar dan tidak mudah menyerah melihat perilaku anaknya yang menyimpang.

Tantangan terbesar yang akan dihadapi orang tua adalah kecenderungan terbawa amarah melihat perilaku anaknya. Melihat anaknya merengek dan menangis, orang tua segera berteriak dengan amarah. Jika hal ini terjadi, bukan jalan keluar yang akan didapatkan tetapi persoalan menjadi semakin buruk. Memang, kadang kala butuh cara-cara keras. Namun, kerasnya cara yang ditempuh oleh orang tua harus dalam batas-batas kasih sayang. Untuk itu, orang tua harus terus menerus belajar sabar menghadapi perilaku anak. Orang tua harus konsisten pada pilihannya. Dengan kesabaran dan konsistensi, saya yakin anak akan semakin tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang utuh.

Anak-anak yang memiliki kepribadian utuh itulah yang dibutuhkan negeri tercinta ini. Di tangan merekalah kelak nasib bangsa ini akan dilanjutkan. Di tangan orang tualah tanggung jawab mencetak anak-anak berkepribadian utuh sebab orang tua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anak. Keluarga adalah tempat tumbuh dan berkembangnya anak.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun