Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Kupu Kuning Menggoyang Gereja Pakem

27 Februari 2013   03:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:37 673 10

Tarian masuk gereja? Mungkin menjadi sesuatu yang unik dan tidak biasa ketika sebuah perform tarian menjadi satu bagian dalam sebuah ibadat dalam gereja. Tidak demikian halnya dengan Gereja Katolik di Pakem. Sekelompok anak muda yang peduli dengan budaya mampu membawa sebuah karya seni dan memadukannya dalam sebuah liturgi. Melalui karya seni mereka ingin menawarkan sebuah pemaknaan iman yang membumi. Kekayaan iman digali dalam konteks budaya lokal dan ditawarkan kepada umat.

Pada hari Selasa, 26 Februari 2013, sebuah sendratari berjudul Ngupadi Toya Sejati ditampilkan komunitas Aburing Kupu Kuning di Gereja Pakem. Komunitas Kupu Kuning adalah sebuah komunitas seni yang beranggotakan remaja dan orang muda di Gereja Pakem dan sekitarnya. Kupu kuning dipilih menjadi nama karena nama kupu kuning demikian melekat dalam sejarah Sumur Kitiran Mas.

Melalui sendratari itu, umat diajak untuk merenungkan perjalanan manusia dalam mencari dan menemukan air kehidupan. Ada jatuh dan bangun. Ada suka dan duka. Tujuan peziarahan mencari dan menemukan air kehidupan itu akan menjadi semakin mudah ketika umat berpedoman pada kompas kehidupan yang telah dipilih dan diimaninya.

“Melalui pentas ini, kami ingin menunjukkan bahwa seni bukanlah hal yang tabu dalam gereja. Denyut nadi gereja justru berangkat dari sebuah mahakarya seni yang luar biasa. Oleh karenanya, dengan cara yang tepat seni dapat digunakan untuk semakin mengakarkan iman umat” demikian penjelasan Pustikarini Indrasari atau yang akrab dipanggil Eka. Dalam pandangannya, seni justru dapat mendukung pewartaan iman sejauh ditempatkan dalam konteksnya yang tepat.

“Sebagai bagian dari tempat peziarahan Sumur Kitiran Mas, kami ingin ikut ambil bagian mewartakan iman dengan cara kami,” ungkap Dina salah seorang penari. Gereja Pakem memang memiliki sebuah tempat peziarahan. Tempat peziarahan bernama Sumur Kitiran Mas itu sungguh dekat dengan sebuah karya seni. Sumur Kitiran Mas yang terletak di dalam gereja St Maria Assumpta Pakem itu merupakan buah dan puncak sebuah peziarahan panjang yang penuh dengan makna pencarian dan pengharapan. Setahun penuh, umat berproses mencari dan menemukan makna keimanan. Selama satu tahun umat mencari tujuh kembang dan tujuh mata air. Tujuh kembang yang dicari adalah kembang melati, kemuning, tlasih, kelapa, kantil, mawar, dan temon. Ziarah tujuh kembang itu diteruskan dan dilengkapi dengan ziarah ke tujuh sumber air. Ketujuh sumber air yang dianggap keramat-suci di lereng Gunung Merapi itu adalah Tuk (Mata air) Celeng, Tuk Wengi (Malam), Tuk Sangkan Paran (Asal dan Tujuan), Tuk Rembulan (Bulan), Tuk Ulam (Ikan), Tuk Cuwo, Tuk Macan (Harimau).

Atas permenungan yang ditampilkan anak-anak muda dalam balutan sendratari itu, umat tampak antusias melihat sembari bermenung. Di tangan anak-anak muda yang masih mencari jati diri itu, kisah wanita Samaria yang berjumpa dengan Yesus di sumur Yakub dibawa dalam konteks kekinian, saat ini dan di sini.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun