Pagi yang cerah. Langit yang masih bebas polusi tampak membiru. Saat yang indah untuk menikmati keindahan alam di tana Toraja. Wisata Toraja identik dengan tongkonan dan wisata kubur. Benarkah demikian? Ternyata tidak. Ada satu obyek wisata yang mengundang hasrat, yaitu Tilanga.
Tilanga adalah sebuah kolam alami yang ada di sebuah perbukitan kapur. Tilanga terletak di jalur utama Makale dan Rantepao. Ada sebuah papan petunjuk yang memberi arah menuju obyek wisata Tilanga ini. Jalur menuju obyek wisata Tilanga mengasyikkan. Para wisatawan akan melewati jalan yang membelah perkampungan dan persawahan. Setelah menempuh perjalanan berjarak 3 kilometer kita akan sampai di sebuah areal yang banyak ditumbuhi pohon-pohon besar, utamanya pohon bambu. Di areal itulah terletak kolam Tilanga.
Setelah membayar retribusi sebesar Rp 5.000, para wisatawan akan berjalan menuruni jalan berundak. Bebatuan kapur segara menyambut. Semakin mendekati kolam, aroma mistis mulai terasa. Sebuah kewajaran karena areal kolam terletak di bawah pohon-pohon besar sehingga terasa gelap atau dalam bahasa jawa disebut singup. Karena letak kolam seperti itu, airnya tampak jernih dengan hiasan dedaunan kering di permukaannya.
Pada beberapa titik, kedalaman kolam terlihat jelas. Hal ini menandakan bahwa kolam Tilanga yang tidak terlalu luas ini memiliki kedalaman yang berbeda-beda. Jernihnya air kolam mengundang untuk terjun ke dalamnya dan menikmati sensasi dinginnya kolam Tilanga. Jika mandi di kolam ini, ada beberapa pantangan yang tidak boleh dilanggar. Pantangannya adalah tidak diperkenankan menggunakan sabun, shampoo, atau segala sesuatu yang mengandung detergen. Ini dimaksudkan untuk menjaga kelestarian ekosistem yang ada di kolam Tilanga ini.
Masih ada pantangan lagi, yaitu dilarang berbuat asusila di areal telaga jika tidak ingin mendapatkan celaka. Unik juga ketika seruan moral dibalut dengan sebuah cerita mitos. Mungkin pernah terjadi juga, yang pasti dilarang masuk kolam dalam keadaan tidak bersih karena akan diganggu hewan-hewan yang ada di telaga.
Selain itu, kearifan lokal di Tilanga juga tampak dalam usaha menjaga habitat telaga ini. di telaga Tilanga ini hidup seekor belut putih atau biasa di sebut Masapi. Selain belut putih, ada beberapa ikan mas yang berukuran besar. Belut putih dan ikan mas ini hidup dengan damai tanpa ada gangguan dari tangan-tangan jahil.
Usaha untuk menjaga kelestarian belut putih itu pun berbalut dengan cerita mistis. Entah benar atau tidak, usaha ini membuahkan hasil hingga sekarang. Di tengah masyarakat keredar kepercayaan bahwa Masapi adalah belut putih pembawa keberuntungan. Siapa pun yang bisa melihat belut putih itu segala permohonannya akan dikabulkan. Ada sebuah cara yang dilakukan untuk memancing belut putih ini keluar dari tempat persembunyiannya, yaitu dengan menggunakan telur bebek. Itu pun harus dilakukan oleh anak-anak kecil karena mereka dinilai masih suci.
Tidak perlu khawatir. Di sekitar kompleks telaga Tilanga ini ada banyak anak kecil yang akan membantu para wisatawan. Dengan membayar Rp. 5.000, para wisatawan dapat menanti-menantikan kehadiran belut putih dari celah-celah bebatuan. Pasti berhasil? Ternyata belum tentu. Saya menghabiskan dua butir telur pun belum berhasil memancing belut putih itu keluar dari tempat persembunyiannya. Alhasil, menikmati keindahan telaga mungil menjadi pilihan. Duduk-duduk di bebatuan yang ada di tepi telaga sembari menikmati ketenangan. Bayang-bayang pepohonan terpantul di air telaga yang jernih. Di beberapa bagian telaga ini juga disediakan tempat untuk beristirahat. Sungguh nyaman menikmati keindahan alam sembari merenungi diri.
Di balik eksotisme telaga Tilanga, saya diajak untuk belajar berharmoni dengan alam. Meski cerita-cerita yang beredar sungguh diluar nalar dan akal, tetapi hakekatnya bukan pada cerita itu. inti dari cerita yang ditampilkan adalah sebuah ajakan untuk ikut serta menjaga keutuhan ciptaan. Kearifan lokal seperti inilah yang membuat saya semakin mencintai negeri ini. Ada banyak tempat eksotis. Ada banyak tangan jahil yang mencoba merusaknya. Namun, ada beragam cara pula untuk menjaganya. Mitos di telaga Tilanga adalah salah satu contoh nyata keberhasilan menjaga keutuhan ciptaan dengan mitos-mitos yang diceritakan turun temurun.
Sungguh menjadi sebuah kebanggaan bahwa saya boleh belajar kearifan lokal di tana Toraja. Pengalaman takterlupakan mengendarai sepeda motor berkeliling mencari dan mengunjungi telaga Tilanga. Tana Toraja memang eksotis.