Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story Artikel Utama

Berjumpa Air Kehidupan di Sumur Kitiran Mas Pakem

10 Oktober 2012   01:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:00 2082 13

“Pindha samsam angupados toya. Sukma kula ngesti mring Paduka. Pindha samsam ingkang ngelak angorong. Ngaten wau sukma kula, oh Gusti.” Alunan tembang religius itu terdengar lamat-lamat terdengar mengalun merdu di dalam sebuah bangunan gereja. Tembang itu seolah menjadi pengiring bagi para peziarah yang datang di Sumur Kitiran Mas. Alunan tembang itu terasa menggetarkan dan mengajak bermenung tentang peziarahan rohani: mencari dan menemukan Air Kehidupan.

Sumur Kitiran Mas terletak di dalam gereja sederhana dan tampak biasa saja seperti gereja pada umumnya. Akan tetapi bagi yang pertama kali ke sana tentu merasa sedikit janggal melihat ada sumur di dalam gereja, lengkap dengan timba dan genangan air disekitarnya. Lokasi inilah yang membedakan Sumuran Kitiran Mas dengan tempat peziarahan lainnya.

Sumur Kitiran Mas yang terletak di dalam gereja St Maria Assumpta Pakem itu merupakan buah dan puncak sebuah peziarahan panjang yang penuh dengan makna pencarian dan pengharapan. Setahun penuh, umat berproses mencari dan menemukan makna keimanan. Selama satu tahun mereka mencari tujuh kembang dan tujuh mata air. Tujuh kembang yang dicari adalah kembang melati, kemuning, tlasih, kelapa, kantil, mawar, dan temon. Ziarah tujuh kembang itu diteruskan dan dilengkapi dengan ziarah ke tujuh sumber air. Ketujuh sumber air yang dianggap keramat-suci di lereng Gunung Merapi itu adalah Tuk (Mata air) Celeng, Tuk Wengi (Malam), Tuk Sangkan Paran (Asal dan Tujuan), Tuk Rembulan (Bulan), Tuk Ulam (Ikan), Tuk Cuwo, Tuk Macan (Harimau).

Setelah proses peziarahan panjang itu, sebuah keputusan untuk menggali sumur dibuat. Sebelum penggalian dilakukan, diadakan novena sembilan hari sembari melepaskan kodok-kodok di sekitar titik penggalian. Ternyata, kodok-kodok diam dan betah berada di satu titik. Tempat di mana kodok-kodok itu berdiam dan tinggal menjadi titik penggalian sumur.

Penggalian yang diadakan sekitar tahun 1983 itu menjadi pengingat bahwa “tidak ada yang mustahil bagi Allah”. Bagaimana mungkin menggali sebuah sumur dengan luas seukuran tegel, 20x20cm? Niat sudah bulat. Disertai dengan laku tirakat dan dukungan doa seluruh umat, penggalian sumur kecil dengan menggunakan alat-alat sederhana itu pun dimulai.Setelah hampir sebulan diadakan penggalian, harapan yang meluap itu pun mendapat jawaban. Segala bentuk keraguan-raguan sirna. Penggalian berakhir seiring ditemukannya sebuah sumber mata air. Sebagai tanda ucapan syukur diadakanlah upacara pemberkatan. Dalam upacara tersebut, air dari ke tujuh mata air dan ke tujuh bunga yang diperoleh selama peziarahan dimasukkan ke dalam sumur kecil itu. Sumur kecil hasil pergulatan rohani itupun diberi tetenger “Sumur Kitiran Mas”.

Dalam perjalanan sejarahnya, noda kelam turut mewarnai. Sumur kecil yang dibuat pada zaman romo GP Sindhunata Sj itu mengalami pergeseran nilai. Akibatnya, tempat peziarahan itu ditutup. 15 tahun kemudian, harapan kembali membuncah. Hari Sabtu, 6 Mei 2000 petang, menjadi saat yang akan selalu diingat oleh umat. Itulah hari di mana permohonan umat untuk membuka kembali sumur itu dikabulkan oleh Mgr. Ign. Suharyo Pr (sekarang Uskup Agung Jakarta) . Hari itu menjadi saksi dibukanya kembali Sumur Kitiran Mas dalam sebuah Ekaristi Syukur yang dipimpin romo paroki Romo A. Jarot Kusno Pr dan romo Dr. GP Sindhunata SJ. Dalam perjalanan selanjutnya, Sumur Kitiram Mas pun diakui oleh Pemerintah kabupaten Sleman sebagai salah satu destinasi wisata rohani.

Para peziarah pun semakin berdatangan, entah sebagai rombongan besar atau pun kelompok kecil. Sumur kecil berdiameter 20cm dengan kedalaman 9 meter itu dirasa tidak lagi memadai. Atas dasar itulah dimulailah penggalian sumur berdiameter 70 cm di sebelah utara sumur kecil itu. Sumur itu kemudian diberkati lagi pada Bulan Maria, persisnya pada Minggu Pon, 14 Oktober 2001. Keberadaan sumur berukuran lebih besar itu semakin memudahkan para peziarah untuk mengambil air dan belajar memaknai arti peziarahan.

Keberadaan sumur yang lebih besar menjadikan para peziarah lebih leluasa untuk menggunakan air yang belum pernah kering itu untuk aneka kebutuhan. “Air sumur ini sudah diperiksa di laborat. Kesimpulannya, air sumur ini bisa langsung diminum karena setara dengan air minum dalam kemasan. Jika dikonsumsi langsung, air ini tidak membahayakan kesehatan” demikian tutur romo Petrus Sajiyana Pr, Pastur paroki St Maria Assumpta Pakem. Air sumur bisa dibawa dengan memasukkannya dalam kendi. Kendi yang terbuat dari tanah liat itu menjadi ciri khas sebab air yang disimpan dalam sebuah kendi akan terasa menyegarkan.

Keunikan sejarah keberadaan Sumur Kitiran Mas semakin lengkap ketika kita berada di sekitar sumur itu. Di sana kita akan menemukan banyak simbol yang kaya dengan nilai-nilai iman. Simbol-simbol itu berasal dari pengalaman peziarahan yang mengawali penggalian sumur. Sumur Kitiran Mas tepat berada di bawah kaki Bunda Maria, Sang Risang Sungkawa. Bunda Maria digambarkan teramat sederhana seperti seorang ibu pedesaan. Kesederhanaan dan ketaatannya menginspirasi dan mengingatkan kepada para peziarah. Sang Risang Sungkawa diyakini umat sebagai ilen-ilening berkah (mengalirkan berkat dari Allah).

Ketika menginjakkan kaki di depan sumur itu, saya merasa aneka simbol itu mengajak saya merenungi makna peziarahan hidup seorang kristiani. Melalui sosok bocah bajang, saya berjumpa dengan diri sendiri. Dua orang bocah bajang yang sedang membawa tempurung itu berjalan mengarah ke sumur. Sebuah perjalanan hidup yang ingin menimba Air Kehidupan Sejati sembari menantikan berkah dariNya.Dalam peziarahan itu ada banyak tantangan. Batu-batu besar dan kecil dalam kehidupan harus dihadapi. Ketika fase itu terlewati, kita akan mendapatkan kesegaran air hidup yang mengalir tiada henti.

Sebuah rahmat yang demikian luar biasa sebab rahmat itu mengalir tiada henti. Berpuas diri? Tentu tidak. Segala berkat itulah yang kemudian menggerakkan kita untuk mengikuti terbangnya kupu-kupu kuning. Kupu-kupu itu terbang menuju kisah sengsara Yesus. Berkat air kehidupan menjadi kekuatan untuk melanjutkan peziarahan hidup, napak tilas pada Dalem Gusti Yesus.

Jika Anda tertarik datang ke sana, tidaklah sulit untuk menemukannya. Gereja St.Maria Assumpta, terletak di jalan raya Kaliurang, Km17. Kaliurang adalah daerah berhawa sejuk di kaki gunung Merapi, yang juga merupakan daerah wisata favorit. Untuk sampai di sana, Anda tinggal menyusuri jalan Kaliurang. Di kilometer 17 terdapat sebuah pertigaan dengan traffic light. Gereja terletak di sebelah kiri jalan. Dii tempat itulah, Anda bisa berolah rohani sembari belajar memaknai iman yang tumbuh dab berakar dalam konteks budaya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun