Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Rindu Pemimpin Sejati

21 Januari 2012   06:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:37 358 0
Katanya, negeri ini adalah negara yang menjunjung tinggi undang-undang. Artinya, perundang-undangan yang ada mestinya ditempatkan pada tempat yang semestinya. Bukan hanya menjadi sebuah jargon “sesuai undang-undang yang ada”, tetapi harus konkret dan sesuai dengan maksudnya. Undang-undang bukanlah plesetan yang bisa dipermainkan demi sebuah kepentingan sendiri atau kelompok. Sebagai seorang warga negara, saya rindu dengan sosok Eisenhower. Kisahnya dalam menangani kasus Litle Rock menunjukkan bahwa undang-undang harus ditempatkan secara tepat. Meskipun tragedi Little Rock merupakan tragedi yang bersifat lokal, tetapi Sang Presiden berani turun tangan langsung. Tidak hanya dengan kata-kata. Ia menangani tragedi itu secara nyata berdasarkan undang-undang yang berlaku. Hukum ditegakkan. Rasanya demikian gerah melihat bangsa yang katanya menjunjung tinggi undang-undang ini justru menciderai undang-undang itu sendiri. Hukum dipermainkan demi sebuah kepentingan pribadi maupun kelompok. Contoh sederhana adalah keputusan Mahkamah Agung soal pendirian tempat ibadah GKI Taman Yasmin Bogor. Keputusan MA itu tidak juga kunjung dipenuhi. Masih banyak contoh lain lagi yang semakin menunjukkan bahwa hukum di negeri ini bukannya ditegakkan melainkan dicederai. Hukum dipermainkan sehingga muncul pameo di tengah masyarakat, hukum: membela yang bayar. Sudah demikian akutkah? Di tengah maraknya pencideraan atas hukum di negeri ini, saya rindu seorang pemimpin sejati yang berani tampil dengan mengedepankan hukum yang berlaku. Catatannya, bukan hanya pada omongan tetapi sampai pada tindakan yang nyata.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun