Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Wisata Bencana Menjadi Sebuah Habitus?

14 Januari 2011   00:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:37 322 0

Penderitaan adalah perkara yang tidak mengenakkan. Penderitaan dapat mengambil aneka bentuk: kemiskinan, beban-beban hidup, atau aneka bencana. Karena tidak mengenakkan itulah penderitaan mudah mengundang rasa simpati dan bela rasa. Salah satu faktor penyebabnya adalah budaya timur yang lebih mengedepankan rasa perasaan.

Melalui pintu inilah saya menocba melihat berbagai fenomena bencana alam yang melanda negeri ini. Bencana alam seolah menjadi perekat kesatuan masyarakat. Bencana alam telah menggugah rasa masyarakat. Banyak orang yang ikut berbela rasa dan memberikan simpati kepada para korban bencana alam. Ada banyak hal yang telah dilakukan, mulai dari menjadi relawan sampai aksi penggalangan dana untuk membantu para korban. Semua itu dilakukan dengan tulus. Atas dasar kemanusia tanpa memperhitungkan lagi unsur-unsur sara. Meskipun ada juga satu dua yang mencoba mengail di air keruh dengan menggunakan isu-isu sara.

Dalam berbagai pengamatan yang saya lakukan, wisata bencana itu sangat kontraproduktif. Bagi yang bersangkutan, situasi yang ditonton bisa menjadi sarana refreshing yang murah meriah. Namun, apa yang mereka lakukan ini justru mengganggu. Bencana membutuhkan penanganan yang cepat. Keberadaan para wisatawan bencana ini justru mengganggu proses evakuasi dan penanganan bencana. Bagi para relawan dan petugas, kerumunan massa jelas mengganggu kerja mereka. Kerumunan itu sendiri teramat sulit untuk diatur. Himbauan dari para relawan dan petugas sama sekali tidak dianggap. Jika terjadi sesuatu kepada mereka, siapa yang akan disalahkan?

“Kami bukan tontonan!!!” demikian tulisan warga yang kesal atas kehadiran para wisatawan bencana yang hanya datang untuk melihat-lihat situasi bencana sembari berfoto-foto ria dengan latar belakang situasi bencana. Tulisan ini menjadi puncak kegeraman masyarakat yang sedang mengalami kesusahan. Kehadiran para wisatawan bencana dapat memperbuat situasi psikologis para korban bencana. Kehadiraan mereka yang datang untuk menonton akan semakin menambah luka yang sedang dialami.

Akankah fenomena wisata bencana ini menjadi sebuah habitus?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun