Saya yakin para pembaca semua telah membaca dan mengerti apa yang terjadi di Sleman beberapa hari ini. Yang saya maksudkan adalah peristiwa “pernyerangan” jemaat yang sedang melakukan doa rosario di Besi, perusakan rumah pendeta di Pangukan, dan pelarangan beribadat di Seyegan. Peristiwa-peristiwa yang beruntun dalam waktu yang berdekatan. Saya tidak hendak membahas peristiwa itu. Saya mencoba melihat dari sisi lain, efek psikologis yang muncul pasca kejadian-kejadian tersebut.