Bersama sang mentari
Karena bagiku, hanya Ia yang terpanggil
Melekukkan tubuh yang tak lagi mungil
Gemulainya selalu kutunggu
Saat tatap matanya membelah salju
Sungguh, goyah imanku
Kusapa Ia sambil memegang bahu
Ternyata ada yang mengagetkanku
Aku sadar, itu mimpi
Ada yang membangunkanku dari bayang semu
Maaf, aku terlalu berapi-api
Kupikir semua nyata
Tapi ternyata bayangan semata
Aku terlalu hanyut dalam cinta
Padamu duhai sang pelita