Apakah sebuah pena itu bisa menyelamatkanmu? Apakah memberi harus selalu soal uang? Bagi ku tidak. Hari ini aku membagikan tinta hijauku sebagai penyelamat tiga kawanku. Aku selalu membawa pena kesayanganku saat sedang bertugas. Aku yakin suatu saat pasti berarti.
Aku suka sekali menulis untuk menambah sesuatu atau mencoret tulisan yang ku rasa perlu ku ganti. Saat aku menuliskan catatan di buku, temanku meminjam penaku. Lalu teman kedua juga meminjam pena saat melihat pena yang berada di samping buku. Kemudian, teman ketiga mencari pena di tempat biasa namun tak ada. Aku menawarkan pena itu dan Beliau setuju.
Teman pertama ku mengeluh karena lupa membawa masker, lalu aku memberikan masker ku yang tinggal satu, karena aku selalu membawa stok masker semisal butuh lebih. Terkadang barang yang kecil itu jika kita bawa bisa menjadi penyelamat manusia yang membutuhkan, entah karena melihat atau karena kita tawarkan. Jangan jadi manusia pelit, apalagi saat mempunyai segala kelebihan tetapi enggan berbagi, malah meminta orang lain yang lebih berkekurangan dari dirinya.
Pernah suatu ketika seseorang meminta ku untuk membayar semua yang Ia makan dan minum, tetapi tak dihabiskan. Bagaimana perasaan kita yang sudah membayar dengan uang yang tak sedikit tapi melihat Ia membuang makanan itu? Padahal Ia memilih sendiri menu itu dan sudah tahu seberapa besar porsi dari makanan itu.
Beda dengan dua orang petani yang ku temui, membeli makan dan minum dengan uang hasil keringat sendiri sepulang dari sawah dengan baju dan segalanya yang masih kotor tetapi sang penjual tak mengusirnya walau pasti mengotori lantainya. Bapak petani memilih sendiri menu yang Beliau mau dan menghabiskan makanan itu di depan saya.Â