Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Lukas 2:14, Himne Malaikat yang Subversif bagi Penjajah Romawi, dan Mengingat Kembali Sejarah Natal

24 Desember 2023   13:24 Diperbarui: 24 Desember 2023   13:50 227 0
Gloria in excelsis Deo et in terra pax hominibus bonae voluntatis atau yang dalam bahasa Indonesia: Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi, dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya adalah Himne Malaikat dari Lukas 2:14, dalam versi Vetus Latina & TB LAI. Ini juga yang menjadi Tema Natal 2023 bersama Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) & Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI). Menurut saya, tema natal ini sangat krusial, baik mengingatkan kisah kelahiran Yesus yang fenomenal pada masanya, dan sejarah natal.

Yesus lahir (dan besar serta mati) di zaman penjajahan Romawi. Hal tidak diinginkan oleh orang Yahudi pada masa itu yang menginginkan kemerdekaan. Memang pada masa sebelumnya, setelah zaman pembuangan, sempat berdiri negara merdeka di bawah kepemimpinan dinasti Hasmonean yang diawali dengan Pemberontakan Makabe. Meskipun kemudian kerajaannya runtuh juga, dan harapan orang Yahudi hilang. (Selain karena mereka justru dari suku Lewi, bukan dari keturunan Daud yang diharapkan akan menjadi raja)

Kembali lagi, ketika lahir Yesus, ada peristiwa Orang-Orang Majus datang & mau bertemu dengan bayi Yesus (mereka mengetahuinya melalui tanda bintang). Saat tiba, mereka bertanya pada Herodes, di raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu, dan mereka mau menyembah-Nya. Jelas ini menggemparkan Herodes dan seluruh orang di Yerusalem. Khususnya bagi Herodes karena "munculnya saingan" (Matius 2:1-12).
Sehingga untuk 'menghabisi saingannya', Herodes sampai membantai anak berumur < 2 tahun di Bethlehem & sekitarnya. Syukurlah sebelum itu, Yusuf, Maria, dan Yesus sudah sempat menyingkir ke Mesir (Matius 2:13-18)

Di sisi lain, dalam penjajahan Romawi, terdapat slogan Pax Romana, yang berarti Damai Romawi. Meskipun praktiknya mungkin tidak mengenakkan, dengan cara menjajah suatu tempat, hancurkan, dan tegakkan hukum romawi di situ, untuk mewujudkan Pax Romana

Kembali lagi, isi Lukas 2:14 adalah Himne Malaikat yang disampaikan kepada para gembala di padang (yang sekaligus memberitakan kelahiran Yesus). Pada masa itu, melontarkan kata Gloria=Kemuliaan dan Pax=Damai, dapat menjadi hal yang subversif, dianggap sebagai tindakan cari gara-gara terhadap Kaisar dan rencana menjatuhkan kekuasaan saat itu.

Di sisi lain, merujuk dalam sejarah, bahwa pada sekitar abad 2, Paus Telephorus sudah memulai tradisi perayaan Natal pada tanggal 25 Desember dengan memerintahkan agar pada malam perayaan kelahiran Tuhan, agar dinyanyikan himne malaikat: Gloria in Excelsis Deo. Ini merujuk pada Lukas 2:14 di atas. Penetapan 25 Desember ini juga dilakukan dengan memadankan Kalender Masehi dengan Kalender Yahudi, dan melihat dari kejadian-kejadian yang ada di sekitar kelahiran Yesus

Justru baru abad ke 3 lah Kaisar Romawi Aurelius Agung memerintahkan Perayaan Solis Invictus (Dewa Matahari).
Sehingga tudingan bahwa Natal 25 Desember mengikuti perayaan pagan, adalah hal yang keliru dan ahistoris. Meskipun ada yang mengatakan bahwa Perayaan Natal 25 Desember setelahnya dinilai mengikuti (atau sebagai tandingan) dari perayaan Solis Invictus, namun kita tdak boleh lepas dari urutan sejarah.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun