Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Sebab, Kamu adalah Ibu

22 Desember 2020   08:30 Diperbarui: 22 Desember 2020   08:34 141 5
Hai Ibu,

Pagi itu, aku menggoreng emping
sambil berpikir,
apa kamu bahagia kalau kuberitahu
anak cucumu menyukainya,
buah tangan yang kau bawa dalam kardus bekas sarimi dan diikat tali rafia
dalam perjalanan Banyumas-Jogja
awal bulan lalu

Kuputuskan mengirim pesan digital.
Bercerita soal empingmu dan
bertanya, apa kamu membuatnya sendiri.
Sebab ada satu pohon melinjo besar
di belakang rumah kita
Kamu justru tertawa
dan berkata kamu menjualnya juga di marketplace
Alamak, aku punya ibu enam puluh tahun bergaul di shopee sana
selain hobi bermain gamelan

Oh ya, aku berhasil
menemukan kerudung coklatmu
Kain itu entah bagaimana masuk dalam pot bunga di bawah meja
tak kunjung kugunakan
sampai hampir tahun depan

Kau bilang itu benda kesukaan
Aku tahu harganya tak mahal
Warnanya mulai pudar

Kamu tersenyum kemarin
kuganti benda itu
dengan kerudung ungu baru

Bagus kok, katamu
Tapi kamu juga mengingatkanku untuk mengirim kerudung coklat lama itu

Apakah kamu tahu ibu,
benda lama itu kadang membosankan
dikenakan seharian
sampai lusuh dan bau bawang
tapi, esok di jemuran
sudah dikangeni lagi

Seperti rumah
dan hatimu
tempat pulang akan banyak kata
Tak lagi terang disampaikan
sejak rumah kita berbeda pintu

Menikah katamu perihatin
perih ing bathin
Simpanlah rapat dari orangtua

Tapi, kamu datang
mengacaukan rahasiaku
Kamu memanggilku Oshin sambil tertawa
sebab kerepotan empat anak ini
Kamu ke dapur dan bertanya, kapan terakhir kali aku membereskannya?
Kamu melipat bajuku dan memberikan saran,
aku sebaiknya tak membeli baju baru lagi
Lihatlah tumpukan ini.

Aku tertawa
aku tak akan berhasil menyembunyikan apapun darimu
sebab kamu adalah ibu,
selalu tahu.


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun