Selain eks penyerang Barcelona itu, PSSI juga mendatangkan Alex Pastoor dan Denny Landzaat sebagai asisten pelatih. Trio Belanda ini banyak disebut akan berbagi tugas.
Dimana, Kluivert akan lebih berperan sebagai "pemimpin" di ruang ganti, penarik minat pemain diaspora, dan juru bicara tim di depan media, sementara Pastoor dan Landzaat akan fokus bertugas di area teknis, seperti taktik dan persiapan tim.
Tapi, perombakan yang dilakukan PSSI ternyata belum berhenti sampai di sana. Pada Jumat (24/1) PSSI mengumumkan kedatangan Gerald Vanenburg sebagai asisten pelatih Patrick Kluivert, sekaligus pelatih kepala Timnas Indonesia U-23.
Dalam rilisnya, PSSI juga menyebut, pelatih kelahiran tahun 1964 ini akan ikut membantu di Timnas Indonesia U-20 dan U-17, untuk membangun kesinambungan sistem di Timnas Indonesia, dari level junior sampai senior.
Meski tidak sepopuler Kluivert, rekam jejak Vanenburg semasa bermain sebenarnya tak kalah mentereng. Di level antarklub, pria berdarah Suriname ini menghabiskan mayoritas karier bermain di Ajax Amsterdam (1980-1986) dan PSV Eindhoven (1986-1993).
Di Ajax, Vanenburg menjadi playmaker yang menyuplai umpan matang bagi Marco Van Basten di lini depan, dan bekerja sama dengan Frank Rijkaard di lini tengah. Pada musim terakhirnya di Amsterdam, ia sempat dilatih Johan Cruyff, sang master "Total Football".
Di PSV, eks pemain FC Utrecht ini menjadi jenderal lapangan tengah tim, yang juga diperkuat Ronald Koeman, yang kelak menjadi pelatih Timnas Belanda. Bersama Boeren, ia meraih gelar juara Liga Champions musim 1987/1988, yang masih menjadi gelar Liga Champions satu-satunya dalam sejarah klub.
Di Timnas Belanda, dirinya menjadi salah satu pemain kunci, kala Tim Oranye asuhan Rinus Michels, Si "Bapak Total Football", meraih gelar juara Piala Eropa 1988. Di tim ini, Vanenburg bahu membahu dengan Ronald Koeman dan Trio Milan, yakni Ruud Gullit, Marco Van Basten, dan Frank Rijkaard.
Meski karier kepelatihannya tidak istimewa, Vanenburg punya rekam jejak cukup oke di level tim usia muda. Pengalaman pernah melatih tim muda PSV Eindhoven (2000-2005) dan menjadi pelatih khusus teknik di tim muda Ajax Amsterdam (2020-2023) menjadikan pelatih berlisensi UEFA Pro ini punya profil yang pas untuk melatih Garuda Muda.
Hanya saja, dengan status sebagai eks legenda Timnas Belanda, Vanenburg sepertinya akan punya tugas tambahan, yakni menarik minat pemain diaspora, khususnya di Belanda, untuk beralih ke Timnas Indonesia.
Tugas ini sepintas mirip dengan Kluivert. Bedanya, dengan tugas khusus di Timnas Indonesia junior, Vanenburg sepertinya akan "diperbantukan" PSSI untuk menarik minat pemain diaspora Indonesia untuk tim junior.
Meski punya latar belakang "Total Football" kental, karena pernah dilatih Rinus Michels dan Johan Cruyff, kedatangan Gerald Vanenburg di Indonesia menunjukkan, proyek pemain diaspora ala PSSI akan diintensifkan juga di Timnas junior Indonesia, antara lain U-20 dan U-17.
Dengan potensi diaspora yang sudah ada, khususnya di Belanda, ditambah ruwetnya pembinaan pemain muda, plus ekspektasi tinggi di dalam negeri, strategi "Dutch Connection" ala PSSI menjadi satu langkah realistis, setidaknya untuk jangka pendek sampai menengah.
Tapi, jika tak diikuti dengan pembenahan serius di dalam negeri, ini sama dengan menyalakan bom waktu. Begitu stok potensi diaspora ini habis, Timnas Indonesia rawan kehabisan bensin, dan kembali ke setelan pabrik model lama.