Mohon tunggu...
KOMENTAR
Hobby Pilihan

Menulis di Era Digital, Sebuah Titik Temu Fleksibilitas dan Inklusivitas

21 Oktober 2024   22:44 Diperbarui: 21 Oktober 2024   23:24 114 1
Di era digital seperti sekarang, ada banyak hal yang menjadi fleksibel, termasuk menulis artikel. Fleksibel yang saya maksud di sini adalah, berkat kemajuan teknologi, menulis tidak hanya bisa dilakukan di laptop atau komputer, tapi juga bisa dilakukan di ponsel atau tablet.

Saking fleksibelnya, menulis bisa dilakukan sambil melakukan kegiatan "multitasking" di satu perangkat. Di ponsel misalnya, menulis bisa dilakukan sambil berkirim pesan atau mendengarkan musik.

Dari fleksibilitas itu, muncullah ruang nyaman untuk menulis, yang pada gilirannya menampilkan "zona nyaman" tiap penulis. Ada yang nyaman di lebarnya laptop atau tablet, dan ada juga yang nyaman di sempitnya layar ponsel.

Tak ada yang salah di sini, karena itu sepenuhnya kembali ke rasa nyaman masing-masing. Sama seperti preferensi soal bubur diaduk atau tidak.

Berkat fleksibilitas itu juga, sisi inklusif menulis jadi semakin kuat. Menulis bukan hanya terbuka untuk segala usia, tapi semakin memungkinkan untuk diikuti seseorang, sekalipun kondisinya "dibawah standar" rata-rata orang "normal".

Kebetulan, secara kondisi, saya termasuk orang yang kondisinya "di bawah rata-rata". Akibat kelainan syaraf motorik bawaan, kecepatan menulis dan mengetik saya berada cukup jauh di bawah rata-rata.

Situasi ini kadang membuat aktivitas mengetik di laptop atau ponsel kadang terasa seperti mimpi buruk. Bukan karena tidak bisa melakukan, tapi karena tangan dan isi kepala kurang sinkron.

Biasanya, isi kepala sudah bergerak beberapa langkah lebih cepat dari tangan, dan karena itu prosesnya jadi berjalan lebih lambat. Beruntung, masalah yang sudah lama jadi "musuh bebuyutan" ini berangsur menghilang, sejak adanya ponsel pintar dan fitur teks prediktif.

Sepintas, fitur ini terlihat sepele, tapi sangat membantu, karena membuat kecepatan mengetik cukup meningkat. Rasanya seperti satu mimpi indah paling liar yang jadi kenyataan.

Berkat fitur teks prediktif, proses menulis di tangan jadi bisa lebih sinkron dengan rangkaian kata dalam kepala. Bonusnya, kalau terpaksa harus menggunakan laptop, biasanya itu untuk melengkapi kekurangan yang tak bisa dikerjakan di ponsel, tapi bisa dibereskan di laptop.

Jadi, selain menghadirkan fleksibilitas, kemajuan teknologi membuat sisi inklusif dalam menulis jadi lebih nyata, karena mampu mengurangi gap akibat kekurangan fisik pada prosesnya.

Meski belum sampai bisa secepat mereka yang "normal" secara fisik, kemajuan teknologi ini sudah sangat membantu. Sensasi seperti "mimpi buruk" saat menulis huruf per huruf di laptop pun bisa mulai dilupakan.

Jadi, bukan hal aneh jika selama perjalanan ber-Kompasiana, sebagian besar tulisan saya di sini ditulis di ponsel, bukan laptop. Inilah satu buah manis kemajuan teknologi, karena membuat kekurangan fisik tak lagi jadi satu hal menyeramkan.

Memang, hal pertama yang dilihat dan disukai dari sebuah tulisan adalah isi tulisannya, bukan siapa sosok penulisnya. Tapi, hal-hal yang ada di baliknya, termasuk proses dan "bantuan" fleksibilitas teknologi kadang membuatnya terasa lebih unik dan berwarna.

Terlepas dari silang sengkarut yang ada, sisi fleksibel dan inklusif menulis seharusnya tetap bisa menjaga sisi menyenangkan dari menulis itu sendiri.

Berbakat atau tidak, apapun alat bantu dan kondisinya, menulis bisa dilakukan, tanpa harus merasa takut atau malu dengan keadaan atau kemampuan diri, karena menulis adalah satu proses "menemukan diri".

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun