Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe Pilihan

Kompasiana, Rumah yang Akan Selalu Jadi Rumah

15 Oktober 2024   13:55 Diperbarui: 15 Oktober 2024   15:39 70 9
Sebagai seorang "anak rumahan", saya termasuk orang yang susah berpaling, jika sudah menemukan tempat yang memberi rasa nyaman. Rasanya seperti berada di rumah sendiri.

Dalam hal tulis-menulis, Kompasiana adalah satu tempat yang membuat saya merasa seperti di rumah sendiri, karena ada ruang bebas untuk menulis apapun yang ingin saya tulis.

Pada gilirannya, kebebasan ini, dan penerimaan begitu baik dari Kompasianer, menciptakan rasa nyaman, yang ternyata masih sama, meski sudah bergabung dan menulis di Kompasiana sejak 2016.

Rasa nyaman itu membuat saya tak terlalu memikirkan statistik, karena saya yakin masih banyak Kompasianer yang membuat lebih banyak tulisan, dan diganjar lebih banyak label pilihan maupun artikel utama. Selama bisa bebas menulis, itu sudah cukup. Soal label artikel, itu sepenuhnya urusan admin, karena merekalah tuan rumahnya.

Awalnya saya bingung harus menyebut siapa. Ada begitu banyak Kompasianer yang "terlibat" di sini. Tapi, kalau harus menyebut satu nama Kompasianer yang berpengaruh, saya akan menyebut nama Prof Pebrianov, karena dari kata-katanya, saya mulai bisa melihat Kompasiana sebagai rumah, bukan hanya ruang belajar.

Momen ini terjadi di tahun 2017, tak lama setelah saya mendapat centang biru dari admin. Ketika itu, ada kesempatan menjadi kontributor di sebuah platform "news aggregator" (yang sudah tutup buku saat pandemi) dan saya meminta pendapat beliau, karena sempat bingung, apakah tetap menulis juga di Kompasiana, atau sepenuhnya fokus di sana.

Waktu itu, Prof Peb memberi satu nasehat:

"Kemanapun kamu pergi mencangkul, jangan lupakan rumahmu, karena disitulah semuanya dimulai"

Ternyata, nasehat ini terbukti ampuh, karena saya masih ber-Kompasiana sampai 7 tahun kemudian. Di saat platform "news aggregator" yang jadi "kantor" itu inalilahi diterpa pandemi, Kompasiana yang jadi rumah masih bertahan dengan santainya.

Dari situ, 16 Tahun Kompasiana menjadi satu momen tepat, yang merefleksikan ciri khas dan "kekuatan" sebuah komunitas: tahan uji jika bersifat organik. Meski perjalanan saya di sini baru separuh usia itu, pengalaman yang sejauh ini saya dapat sudah memberi pelajaran berharga.

Lebih jauh, berkat menulis dan berkomunitas di Kompasiana juga, saya mendapat kesempatan bertemu langsung dengan tokoh-tokoh seperti GKR Bendara (Putri Sri Sultan Hamengkubuwono X, Raja Keraton Yogyakarta dan Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; selengkapnya di artikel ini) dan Sandiaga Uno (Menparekraf RI periode 2019-2024; selengkapnya di artikel ini).

Kalau bisa dirupiahkan, momen langka seperti itu mungkin berharga mahal, tapi Kompasiana mampu membuat momen "mahal" dan "langka" seperti itu jadi terlihat sederhana. Itu baru dua, belum termasuk pengalaman spesial lainnya. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun