Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Timnas Indonesia dan Paradoks Optimisme

5 Oktober 2024   20:08 Diperbarui: 5 Oktober 2024   22:01 105 2
Bulan Oktober 2024 menjadi periode menarik buat Timnas Indonesia, karena mereka bersiap menjalani lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 melawan Bahrain dan Tiongkok.

Jika melihat rekam jejak di masa lalu, optimisme saat menghadapi tim kelas Asia relatif normal. Menang syukur, kalah ya sudah.

Tapi, situasi kali ini terasa berbeda, karena nuansa optimisme begitu kental. Bahkan tidak sedikit yang optimis, Tim Garuda bisa  meraih poin penuh, meski kedua pertandingan ini merupakan laga tandang.

Optimisme ini cukup masuk akal, karena dua hasil imbang mampu diraih saat menghadapi Arab Saudi dan Australia, yang merupakan dua tim raksasa Asia.

Dengan performa seperti itu, ditambah materi pemain Tiongkok dan Bahrain yang terlihat tidak terlalu istimewa, harapan dan optimisme yang ada bisa jadi modal positif.

Kebetulan, meski Justin Hubner dipastikan harus absen karena cedera, kedatangan Mees Hilgers dan Eliano Reinders masih membuat Indonesia tetap kuat. Jangan lupa, Jordi Amat juga sudah kembali dipanggil, dan setidaknya bisa membantu dari segi pengalaman bermain di level atas.

Masalahnya, meski membakar semangat dan bersifat positif, optimisme seperti ini kadang memberi efek samping bisa menjadi beban berat, karena menciptakan tekanan untuk meraih hasil maksimal. Kalau tak hati-hati, optimisme rawan jadi bumerang, karena kadang menjadi alasan untuk meremehkan lawan.

Otomatis, kalau hasilnya tak sesuai harapan, situasi akan langsung jadi runyam. Padahal PSSI saja hanya menargetkan masuk peringkat 100 besar FIFA, bukan lolos ke Piala Dunia, karena target lolos dari fase grup Piala Asia 2023 dan tiket lolos ke Piala Asia 2027 sudah dicapai.

Memang, lolos ke Piala Dunia adalah mimpi dan harapan terbesar publik sepak bola nasional, tapi Witan Sulaeman dkk masih berada pada tahap "membiasakan diri lolos ke Piala Asia", dan baru pertama kali lolos ke babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia.

Mereka masih berada pada tahap membangun dan memperkuat tim, belum sepenuhnya kuat bersaing dengan tim level Asia. Karena itulah, PSSI era Erick Thohir memasang target masuk ke peringkat 100 besar FIFA, yang jika tercapai pasti akan ditingkatkan lagi, misalnya menjadi 75 besar atau 50 besar.

Jadi, daripada berharap terlalu tinggi, ada baiknya kita biarkan tim asuhan Shin Tae-yong tampil semaksimal mungkin.

Bukan karena pesimis, tapi karena peringkat FIFA yang tinggi biasa menjadi satu modal ideal untuk bersaing, bahkan masuk ke Piala Dunia, maka kenaikan peringkat FIFA secara konsisten menjadi satu urgensi.

Kita hanya perlu menikmati selagi bisa, karena tim seperti Timnas Indonesia adalah tim yang masih berada pada level perlu dilihat dari progres ke progres, bukan trofi mayor yang diraih, kecuali jika sudah sekuat Spanyol atau Argentina.

Bisa?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun