Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Bulan Madu Sudah Usai, Liverpool!

15 September 2024   19:46 Diperbarui: 15 September 2024   19:46 103 3
Setelah mampu meraih 3 kemenangan tanpa kebobolan, termasuk kemenangan 3-0 atas Manchester United di awal bulan September, Liverpool akhirnya mencatat kekalahan pertama di Liga Inggris saat takluk 0-1 melawan Nottingham Forest, Sabtu (14/9).

Meski bermain di kandang sendiri, dan secara umum memegang kendali permainan, gol tunggal Callum Hudson-Odoi sudah cukup untuk membuat publik Anfield terdiam. Boleh dibilang, bulan madu Liverpool bersama Arne Slot sudah selesai, karena ada titik lemah yang mulai bisa diekspos lawan.

Memang, secara energi, Mohamed Salah dkk terlihat lebih stabil. Berkat skema umpan mengalir, dan "pressing" seperlunya, tak ada lagi momen "kehabisan bensin" di menit-menit akhir, seperti yang biasa hadir di era Juergen Klopp.

Masalahnya, di era sepak bola modern, kemajuan teknologi telah membuat kemampuan analisis taktik maju pesat. Jadi, ketika sebuah gaya main atau taktik baru muncul, penangkalnya sudah akan datang dalam waktu dekat.

Inilah yang terjadi di Liverpool, dengan Nottingham Forest mampu bermain disiplin dan efektif, sehingga mampu meraih poin penuh di Anfield. Alhasil, Liverpool dipaksa mendapati fakta, bulan madu di awal era Arne Slot selesai dalam waktu singkat.

Segala macam "hype" dan analisis yang muncul sebelum kekalahan Si Merah atas tim asuhan Nuno Espirito Santo pun layak ditepikan dulu, karena ada kelemahan fatal yang terekspos di sini: rawan dijebol serangan balik, jika lawan mampu membendung ancaman Mohamed Salah dkk di lini serang.

Dengan kelemahan seperti ini, ditambah kondisi tim yang harus "berkelahi" dengan jadwal padat Liga Inggris, Liga Champions dan piala domestik, segala narasi optimis soal kesempatan menjadi juara layak ditepikan dulu.

Bukan berarti tidak ada peluang, tapi lebih karena tim kandidat juara yang ikut bertanding cenderung perfeksionis. Jadi, ketika kelemahan terekspos, perlu ada perbaikan atau kontrastrategi, supaya tak jadi sasaran empuk.

Sebagai contoh, Manchester City nya Pep Guardiola masih di atas angin, karena mereka bisa meminimalkan kesalahan. Pada titik ekstrem, mereka bahkan mampu  meraih kemenangan atau trofi juara, berkat keunggulan pada detail-detail kecil.

Dengan lawan seperfeksionis itu, satu kekalahan seperti dalam laga melawan The Tricky Trees bisa jadi kerugian besar. Otomatis, segala optimisme tingkat tinggi perlu minggir dulu.

Disadari atau tidak, Liverpool maupun Arne Slot masih saling beradaptasi, dan situasinya tidak mudah. Ini adalah tim yang sangat perhitungan, kalau tidak boleh dibilang pelit, dan sang pelatih hanya berperan sebagai pelatih kepala, dengan keputusan akhir soal transfer pemain berada di tangan Direktur Olahraga, tidak seperti kebanyakan klub Liga Inggris.

Dengan situasi seperti itu, wajar kalau Slot belum terlalu leluasa menerapkan ide-ide taktiknya. Pemain baru yang datang saja hanya seorang Federico Chiesa, itupun pada hari-hari terakhir bursa transfer musim panas.

Parahnya, The Kop juga sempat ditolak Martin Zubimendi yang memilih bertahan di Real Sociedad. Jadi, sekalipun mampu mencatat tiga kemenangan beruntun, dan memoles pemain potensial seperti Ryan Gravenberch, belum tentu semuanya akan langsung baik-baik saja.  

Sekali taktik eks pelatih Feyenoord Rotterdam ini ditemukan titik lemahnya, disitulah lampu kuning menyala. Ini belum termasuk masalah cedera pemain yang biasa muncul pada periode sibuk.

Praktis, satu-satunya hal positif dari kekalahan The Reds atas Forest adalah, ini terjadi di awal musim, sehingga perbaikan dan evaluasi masih bisa dilakukan dengan tenang.

Tidak perlu sampai panik, karena setelah perbaikan beres, mereka hanya perlu menemukan lagi ritme untuk tetap melaju, lengkap dengan kombinasi strategi dan kontrastrategi sesuai kebutuhan.

Jika ritme itu bisa segera ditemukan dan laju tim semakin kencang, setidaknya Manchester City tidak akan melaju sendirian, seperti yang kita lihat di Liga Inggris belakangan ini. Tapi, jika perbaikan itu tidak langsung beres, sepertinya Liverpool masih sebatas menjadi tim "pesaing empat besar", bukan penantang juara.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun