Dua poin dari dua raksasa Asia memang membuat semua terlihat menjanjikan. Bahkan, itu mampu membuat optimisme melambung tinggi. Saking tingginya, dua pertandingan ini bisa dikulik sampai detail paling kecil.
Pada titik optimis paling ekstrem, ada juga yang yakin kalau tim asuhan Shin Tae-yong punya kesempatan lolos ke Piala Dunia 2026. Tentu saja, melihat Tim Merah Putih tampil di Piala Dunia adalah satu mimpi terbesar pecinta sepak bola di Indonesia.
Tapi, dengan segala hormat, tim yang bertanding saat ini masih jauh dari sana. PSSI bahkan hanya mematok target utama menembus peringkat 100 besar FIFA saat memperpanjang kontrak pelatih Shin Tae-yong hingga 2027, bulan Juni lalu.
Maklum, berkat kesuksesan lolos ke babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia Justin Hubner dkk sudah dipastikan lolos ke putaran final Piala Asia 2027 di Arab Saudi. Jadi, mereka tak perlu lagi bersusah payah di babak kualifikasi Piala Asia, seperti yang dialami Thailand, Malaysia, Vietnam dan negara-negara ASEAN lain.
Secara peringkat FIFA terkini, target 100 besar dalam waktu 3 tahun juga terbilang realistis. Per rilis resmi FIFA Juli 2024 silam, Indonesia berada di peringkat 133, dan dipastikan naik di akhir bulan September, seiring hasil imbang atas Arab Saudi dan Australia.
Jika mampu menjaga tren positif, target PSSI ini bisa lebih cepat diraih, bahkan dilampaui. Masalahnya, peringkat 100 besar FIFA sejatinya hanya target awal, karena posisi ini bukan pijakan ideal untuk bisa ke Piala Dunia.
Di level Asia Tenggara saja, ada Thailand dan Vietnam yang biasa bergantian menembus peringkat 100 besar FIFA dan menjadi langganan favorit juara Piala AFF.
Tapi, begitu masuk level Asia, keduanya kerap keteteran. Terbukti, Thailand dan Vietnam sama-sama gagal lolos ke babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Dengan kerentanan seperti itu, lolos ke Piala Dunia adalah satu target jangka panjang, yang secara realistis baru bisa dicapai, jika Tim Garuda minimal bisa menembus peringkat 50-60 besar FIFA.
Dengan kata lain, masih ada banyak hal yang perlu disiapkan dan dikembangkan lebih jauh. Jangan lupa, negara raksasa Asia seperti Jepang saja butuh proses dan progres puluhan tahun, sebelum jadi langganan peserta Piala Dunia sejak 1998.
Kalau sudah siap, barulah mimpi lolos ke Piala Dunia layak dikejar. Kecuali ada perkembangan drastis dalam waktu singkat, target lolos ke Piala Dunia baru bisa dikejar paling cepat di edisi 2034, mengingat kualitas tata kelola sepak bola nasional masih amburadul.
Selebihnya kita harus terbiasa mencermati progres demi progres apa saja yang terus berjalan, karena itulah elemen penting yang membangun sebuah capaian besar. Kalau tak bisa berprogres, jangan harap mimpi lolos ke Piala Dunia bisa dikejar, kecuali kalau Indonesia terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia.
Bisa?