Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Liga 1, Musim Baru, Regulasi Baru

1 Juni 2024   16:30 Diperbarui: 1 Juni 2024   16:34 409 2
Segera setelah final Championship Series Liga 1 musim 2023-2024 tuntas, dengan Persib Bandung keluar sebagai juara, PT LIB langsung mengumumkan regulasi baru untuk kuota pemain asing di tim Liga 1 musim 2024-2025. Dijadwalkan, kompetisi Liga 1 musim 2024-2025 akan dimulai pada bulan Agustus 2024.

Per musim 2024-2025, satu tim bisa diperkuat 6 pemain asing bebas+2 pemain asing Asia. Aturan ini menggantikan kuota 5 pemain asing plus 1 pemain ASEAN, yang sudah lebih dulu ada, dan memang selaras dengan kuota 5+1 AFC di kompetisi antarklub Asia.

Perubahan aturan ini diikuti dengan kewajiban memainkan pemain U-23 di babak pertama, yang memang sudah ada sebelumnya. Tidak ada masalah dengan regulasi pemain muda ini, karena memang dibutuhkan.

Masalahnya, kuota total 6+2, dengan 5+1 diantaranya bisa dimainkan bersamaan di lapangan menjadi satu tanda tanya. Kenapa PSSI menjadikan pemain asing sebagai satu pilar penting liga, dibanding pemain lokal?

Secara kasat mata, PSSI (dalam hal ini PT LIB) tampaknya mulai menyadari, secara peringkat di Asia, Liga 1 agak tertinggal dari negara lain. Berdasarkan koefisien AFC (per Mei 2024) Liga 1 menempati posisi 28 dari 47 negara anggota AFC.

Peringkat ini terbilang "menengah ke bawah", dan di level Asia Tenggara saja, peringkat Liga 1 tertinggal dari Thailand (8), Malaysia (12), Vietnam (14), Singapura (23), dan Filipina (25). Jadi, memang perlu ada upaya ekstrem untuk menaikkan peringkat secepatnya.

Strategi menambah kuota pemain asing sendiri dipandang sebagai solusi instan sementara, karena sistem pembinaan pemain muda di Indonesia masih belum cukup andal. Kalaupun bisa menghasilkan pemain berkualitas, masih butuh waktu beberapa tahun lagi, karena tata kelola sepak bola nasional belum cukup tertata rapi.

Di level Asia, strategi ini sudah terbukti mengangkat posisi Saudi Pro League dan Liga Super Tiongkok ke papan atas di koefisien AFC. Saudi Pro League, dengan kuota 8 pemain asing per tim bahkan menempati peringkat 1 di koefisien AFC, per bulan Mei 2024.

Di level Asia Tenggara, Liga Malaysia bahkan sudah menerapkan kuota 9 pemain asing per tim, sama seperti Liga Thailand. Bedanya, sebuah tim di Liga Malaysia hanya wajib diperkuat 1 pemain asing Asia Tenggara, sementara tim di Liga Thailand wajib diperkuat 3 pemain.

Belakangan, per musim 2024-2025, Liga Malaysia bersiap menambah kuota pemain asing menjadi 10 pemain per tim. Soal aturan 5+1 sendiri, di Asia Tenggara, sebelum Indonesia, ternyata aturan ini sudah lebih ddulu berjalan di Liga Kamboja, yang dalam tata kelolanya bekerja sama dengan JFA (PSSI-nya Jepang).

Kasus paling ekstrem terjadi di Filipina. Di negara kepulauan ini, sepak bola belum sepopuler basket, jadi perlu ada kebijakan khusus, sekalipun bersifat drastis.

Tak tanggung-tanggung, per musim 2024, Liga Filipina meniadakan kuota pemain asing dalam satu tim. Berkat regulasi semacam itulah, pemain-pemain asal Indonesia seperti Saddil Ramdani, Asnawi Mangkualam, Rafli Nursalim, dan Nurhidayat bisa abroad di liga-liga kawasan ASEAN.

Terlepas dari perbaikan yang masih terjadi di sejumlah liga negara-negara ASEAN, keberadaan pemain asing toh ikut mengangkat kualitas liga secara umum. Dengan keberadaan pemain asing, para pemain lokal bisa lebih terpacu untuk berkembang.

Sambil menunggu sistem pembinaan pemain muda selesai dibenahi, penambahan kuota pemain asing memang bukan solusi tabu. Tapi, perlu ada standar kualitas tertentu untuk pemain asing yang datang, supaya peningkatan kualitas liga benar-benar terwujud.

Di sisi lain, klub-klub Liga 1 yang tampil di kompetisi antarklub Asia juga perlu mengubah pola pikir, dengan menaruh prioritas antara Liga 1 dan kompetisi antarklub Asia secara sejajar.

Meski tak juara, penting untuk bisa konsisten melangkah jauh di level Asia, supaya peringkat Liga 1 di koefisien Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) bisa meningkat secara konsisten.

Jangan ada lagi sudut pandang layaknya "katak dalam tempurung" di sepak bola nasional, karena itu terbukti membuat peringkat Liga 1 di level Asia cenderung tertinggal, bahkan di kawasan Asia Tenggara sekalipun.

Bisa?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun