Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Jadon Sancho, Lelucon Manchester United Era Ten Hag

9 Mei 2024   13:20 Diperbarui: 9 Mei 2024   13:22 244 4
Dibeli mahal, dipandang sebagai pemain muda potensial di Eropa, tapi berakhir sebagai pesakitan yang harus menjalani masa pinjaman. Begitulah jalan cerita Jadon Sancho di Manchester United.

Sebelumnya, pemain jebolan akademi Manchester City ini bersinar terang di Borussia Dortmund dan membuat MU rela menggelontorkan dana transfer 73 juta pounds, untuk memboyongnya (kembali) ke kota Manchester musim panas 2021.

Harapan yang ada semakin besar, karena pemain kelahiran tahun 2000 ini ikut ambil bagian, kala tim nasional Inggris mencapai final Euro 2020.

Sayang, performa tim yang serba tidak stabil  ikut memengaruhi grafik performanya di Old Trafford. Apa boleh buat, pemain bernama lengkap Jadon Malik Sancho ini terlihat seperti satu transfer mahal yang flop.

Ketika Erik Ten Hag datang di musim panas 2022, sebenarnya Sancho beberapa kali menunjukkan talenta besarnya. Dirinya juga ikut andil kala Setan Merah meraih gelar Carabao Cup musim 2022-2023.

Ketika musim 2023-2024 datang, pendekatan disiplin ala Ten Hag yang cenderung otoriter justru direspon pemain keturunan Trinidad & Tobago ini dengan keluhan dan kritik terbuka di media sosial.

Apa boleh buat, namanya langsung masuk daftar pesakitan, setelah pelatih asal Belanda itu mengirimnya ke tim junior sampai bursa transfer Januari 2024 datang. Situasi makin suram, ketika United meninjamkannya ke Dortmund, dan banyak yang menilai, ini adalah transfer mahal tapi gagal Manchester United lainnya.

Tapi, di Signal Iduna Park, pelan tapi pasti Sancho justru membuktikan Erik Ten Hag sudah melakukan kesalahan fatal berikutnya. Sebelum Sancho, Cristiano Ronaldo dan David De Gea sudah lebih dulu ditendang dari Teater Impian, dan situasi malah cenderung memburuk. 

Konyolnya, eks pelatih Ajax Amsterdam itu tetap setia memainkan Antony di sejumlah kesempatan, meski performa pemain asal Brasil ini cenderung medioker untuk pemain berharga mahal, bahkan jika dibandingkan Sancho yang dicap bermasalah.

Terbukti, hanya dalam empat bulan sejak bergabung kembali di Dortmund, Sancho menjadi satu elemen penting di dapur serangan tim, yang belakangan lolos ke final Liga Champions dengan mengungguli PSG di semifinal.

Di sisi lain, sebagian pecinta sepak bola mungkin bisa menduga, jangan-jangan Dortmund memang menjual kemampuan Sancho secara terpisah, dan Manchester United lupa membelinya. Terbukti, seorang pemain yang dicap pesakitan di Liga Inggris justru mampu tampil lebih baik dari superstar macam Kylian Mbappe di semifinal Liga Champions, dan akan berduel dengan Real Madrid di Wembley.

Ironi yang ada makin sempurna, ketika melihat perbedaan situasi, antara Dortmund dengan United-nya Erik Ten Hag, khususnya setelah Sancho datang dan bermain sejak paruh kedua musim 2023-2024.

Di saat United terancam absen tampil di kompetisi antarklub Eropa musim 2024-2025, dan hanya bisa berharap pada keberuntungan, bahkan untuk sekadar lolos ke Liga Europa, Dortmund justru masih berpeluang meraih trofi dan tiket lolos otomatis ke Liga Champions. Dengan catatan, mereka mampu mengungguli Real Madrid di final.

Ini jelas sebuah perbedaan yang timpang, yang sekaligus menunjukkan seberapa toksik situasi di Manchester United, karena pemain yang dicap pesakitan saja bisa mencapai final kompetisi kasta tertinggi antarklub Eropa.

Di sini, Ten Hag boleh saja berkilah, inilah tujuan Sancho dipinjamkan. Masalahnya berhubung klub Bundesliga Jerman itu ingin menambah masa pinjaman (dengan opsi transfer permanen) eks pelatih FC Utrecht ini malah menunjukkan, kapabilitasnya sebagai pelatih masih medioker, karena tak mampu mengoptimalkan talenta besar di depan mata, tapi malah membeli mahal seorang pemain yang minim kontribusi.

Andai Sancho ternyata meraih trofi Liga Champions di Dortmund, mungkin dia akan menjadi pihak yang tertawa keras, karena bisa membungkam segala kritik, keraguan, dan cap flop dengan meraih trofi Si Kuping Besar.

Tawa Sancho bisa jadi akan semakin keras, andai Ten Hag tak lagi jadi pelatih Manchester United setelah musim 2023-2024 berakhir, karena "Tsunami Trofi" yang dulu digembar-gemborkan Manchunian ternyata hanya sebuah "Tsunami Komedi" dengan kisah Sancho sebagai satu lelucon mahal seharga partai final Liga Champions untuk Borussia Dortmund, dan performa medioker Manchester United sepanjang musim.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun