Jika melihat profil aktual klubnya, transfer ini menjadi satu peningkatan karier buat sang bek spesialis lemparan jauh, karena Suwon FC sudah rutin berlaga di kompetisi kasta tertinggi Liga Korea Selatan sejak 2021.
Jadi, tim asuhan Kim Eun Jung ini sudah lebih stabil dari Tokyo Verdy, yang baru akan berlaga di kompetisi kasta tertinggi Liga Jepang tahun 2024. Sebelumnya, klub penghuni Stadion Ajinomoto ini terakhir kali berlaga di kasta tertinggi tahun 2008.
Tapi, dengan pengalaman selama di Tokyo Verdy yang minim kesempatan bermain, dan level kualitas kompetisi Liga Korea Selatan dan Jepang yang kurang lebih sama, pertanyaan pun muncul.
Apakah Suwon FC akan jadi Tokyo Verdy jilid II buat Pratama Arhan?
Kalau melihat level kualitas kompetisinya, kemungkinan inj cukup terbuka. Sebelumnya, fenomena ini sempat dialami Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaeman saat bermain di Eropa.
Mereka kurang berkembang optimal di lapangan, tapi gacor dalam menarik trafik akun media sosial klub. Akibatnya, ketika mereka pulang ke Indonesia, performa dua pemain Timnas Indonesia itu terlihat standar, tidak istimewa tapi tidak buruk untuk ukuran Liga indonesia.
Kalaupun ada poin positif yang bisa diharapkan, itu ada pada jejak kiprah Asnawi Mangkualam di Korea Selatan. Sejak 2021, kapten Timnas Indonesia ini sudah mencatat total lebih dari 60 penampilan bersama Ansan Greeners dan Jeonnam Dragons.
Kesempatan ini masih ada buat Arhan, karena manajemen Suwon FC disebut-sebut sudah memantau perkembangan sang pemain sejak level junior.
Jadi, ada pertimbangan teknis yang memang jadi faktor terjadinya transfer. Bukan hanya urusan popularitas atau trafik akun media sosial klub.
Di sisi lain, transfer eks pemain PSIS Semarang ke klub Korea Selatan ini menjadi satu indikasi menarik, karena bisa menjadi contoh bagus buat pemain muda potensial dari Indonesia.
Kebetulan, sejak 2020, Liga Korea Selatan sudah menerapkan regulasi kuota satu pemain asing dari Asia Tenggara. Kalau bisa bermanfaat secara teknis sekaligus bisnis, tentu saja ini bisa menjadi satu paket menarik.
Untuk saat ini, kesempatan pemain muda Indonesia berkiprah di Negeri Ginseng cukup terbuka, karena keberadaan Shin Tae-yong di kursi pelatih Timnas Indonesia.
Dengan statusnya sebagai eks pemain dan pelatih Timnas Korea Selatan, Shin Tae-yong bisa memberi rekomendasi kepada pelatih di Liga Korea Selatan, jika ada pemain Indonesia yang sekiranya bisa bermain di K-League.
Walaupun tidak bermain di klub kasta tertinggi, setidaknya ada kesempatan untuk pemain bisa mengasah kemampuan dari pengalaman bertanding. Sehingga, kemampuan taktik dan teknik pemain lebih berkembang.
Soal bagaimana kiprah Pratama Arhan di K-League, tentu ada banyak harapan dan kemungkinan yang mengiringinya, tapi semoga Arhan mendapat lebih banyak kesempatan bermain dan tidak pulang terlalu cepat ke Tanah Air.
Dengan usianya yang saat ini menginjak 22 tahun, transfer ke Korea Selatan menjadi kesempatan terakhirnya sebagai pemain muda. Jika ternyata tak mampu berkembang di klub, rasanya tak mengejutkan kalau kiprah "abroad" Arhan bisa selesai dalam waktu dekat.
Satu hal yang pasti untuk sekarang, jumlah followers di akun media sosial Suwon FC akan meningkat cukup banyak dalam waktu dekat, seperti saat Tokyo Verdy menjadi klub terpopuler di Jepang, khususnya di dunia maya.
Jika ternyata semua berjalan sesuai harapan, akan ada pemain Indonesia lain yang menyusul ke Korea Selatan. Jika tidak, mimpi bermain di klub luar negeri masih kurang realistis buat pemain muda Indonesia, karena kesempatan bermain dan gap kualitas masih jadi kendala, setidaknya sampai kualitas kompetisi dan pembinaan pemain muda sudah diperbaiki.