Karena luas dan dalamnya perspektif yang ada, kita layak menyebutnya sebagai sebuah kolam. Maklum, ada begitu banyak perspektif dan opini yang muncul dari berbagai arah, baik dari pendukung paslon maupun bukan.
Semua terlihat menyatu dalam sebuah kolam perspektif, beragam keriuhan yang muncul. Mulai dari tongkrongan pribadi sampai dunia maya, jumlahnya begitu banyak.
Bagi mereka yang sudah punya pilihan, bahkan cenderung fanatik, keriuhan ini akan jadi sebuah tantangan menarik. Kapan lagi bisa uji nyali di tengah pesta rakyat?
Ini adalah satu momen lima tahunan, yang bahkan terdengar lebih keren dari Piala Dunia, pesta sepak bola dunia yang merupakan turnamen empat tahunan. Terdengar keren kan?
Tapi, bagi mereka yang ingin melihat segala sesuatunya secara utuh, kolam perspektif ini adalah satu tempat menyelam yang bagus, karena bisa memberikan semua informasi yang dibutuhkan.
Dari informasi itu, ada alur berpikir yang bisa kita ikuti dari para kandidat, saat acara debat Pilpres berlangsung. Meski suasana agak panas, kita bisa sedikit menangkap, bagaimana arah kebijakan, program andalan atau ide mereka.
Kita juga bisa melihat, seberapa pantas sosok kandidat sebagai seorang pemimpin: apakah terlalu retoris, terlalu emosional, tahu batasan atau tidak. Jadi, kita tak sedang memilih kucing dalam karung.
Ada gambaran utuh soal siapa saja sosok kandidat, apa visi-misi dan program mereka, dan bagaimana rekam jejaknya. Dari gambaran utuh ini, ditambah preferensi personal, seharusnya tak sulit untuk menentukan pilihan.
Berdasarkan undang-undang Pemilu, kebebasan ini dijamin dalam asas Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia. Jadi, beda pilihan seharusnya bukan alasan untuk ribut, apalagi kalau masih satu atap.
Masalahnya, perbedaan seperti ini kadang disikapi secara tak sehat, karena terlalu banyak bias dan racun fanatisme yang mengganggu. Padahal, bisa memilih berdasarkan pertimbangan matang, adalah  satu wujud kedewasaan.
Buat apa ada banyak informasi, kalau pada akhirnya hanya untuk mengambil keputusan asal-asalan?
Jangan lupa, di saat ada banyak keributan karena beda pilihan, sosok-sosok yang dibela habis-habisan nyatanya sering foto bersama, bahkan bisa akur makan bersama dalam satu meja. Jokowi dan Prabowo yang bersaing sengit di dua Pemilu terakhir saja toh bisa duduk di satu kabinet.
Dengan berbagai dinamika yang ada, kita hanya perlu memastikan, jangan sampai kita lupa untuk tetap waras. Supaya, setelah semua drama ini selesai, kita tetap bisa hidup seperti biasa, setidaknya sampai Pemilu berikutnya.
Bisa?