Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Mario Zagallo, Legenda Unik Timnas Brasil

6 Januari 2024   21:19 Diperbarui: 6 Januari 2024   21:30 340 5
Bicara soal nama-nama pemain legendaris Timnas Brasil, kebanyakan orang biasanya akan langsung menyebut nama-nama juara Piala Dunia seperti Pele, Romario, Roberto Carlos, Cafu, Ronaldo, Rivaldo, Ronaldinho atau Kaka sebagai nama yang pertama kali muncul di pikiran.

Maklum, mereka punya kemampuan individu istimewa dan keunikan masing-masing. Ada yang jago gocek, ada yang rajin mencetak gol, dan ada juga yang kisah hidupnya difilmkan atau meraih Ballon D'Or tanpa ada yang protes.

Tapi, dari sekian banyak nama legenda sepak bola Brasil yang pernah beredar, nama Mario Zagallo menjadi nama dengan kisah cukup unik. Sosok yang lahir pada tahun 1931 ini mampu meraih aneka prestasi cemerlang bersama Tim Samba, baik sebagai pemain, pelatih maupun asisten pelatih.

Sebagai pemain, sosok yang dikenal dengan sebutan Vava ini menghabiskan karier bersama Flamengo dan Botafogo antara tahun 1951-1965. Dalam rentang waktu itu, Timnas Brasil juga dibelanya sebanyak 33 kali, antara tahun 1958-1964.

Meski hanya mencetak lima gol dan tak pernah bermain di klub top Eropa, sosok yang identik dengan nomor punggung 13 ini menjadi pilar penting tim, saat Selecao juara Piala Dunia 1958 dan 1962 dalam tim yang juga dimotori Pele dan Garrincha.

Satu dari lima golnya bahkan lahir di final Piala Dunia 1958, saat tuan rumah Swedia digasak dengan skor telak 5-2. Di Piala Dunia 1962, namanya bahkan ikut masuk dalam daftar Tim Terbaik Turnamen.

Selepas gantung sepatu, eks pemain sayap ini lalu merambah karier sebagai pelatih. Sebuah babak yang dalam prosesnya berjalan begitu panjang.

Dimulai dari Botafogo, sebagian besar karier melatihnya dihabiskan di Brasil, dengan klub-klub seperti Flamengo, Portuguesa, Bangu, Fluminense dan Vasco da Gama pernah diasuhnya.

Hanya saja, seperti saat bermain dulu, Zagallo tak pernah melatih tim di liga-liga top Eropa. Uniknya, seluruh pengalaman melatih Si Profesor di luar negeri didapat di Timur Tengah. Tepatnya, kala melatih Kuwait (1976-1978), Al Hilal (1979), Arab Saudi (1981-1984) dan Uni Emirat Arab (1989-1990).

Prestasinya terbilang lumayan, karena Kuwait mampu dibawanya ke final Piala Asia 1976 dan juara Piala Teluk 1976, Al Hilal mampu meraih titel Liga Saudi musim 1978-1979, dan Uni Emirat Arab lolos ke Piala Dunia 1990, yang masih jadi penampilan tunggal mereka hingga kini.

Di Arab Saudi, keberhasilan meloloskan The Green Falcons ke Olimpiade 1984 menjadi satu prestasi. Pada babak  kualifikasi, Timnas Indonesia angkatan Ricky Yakobi dan Djoko Malis sempat dihadapi di Stadion Gelora Bung Karno, dengan kedua tim kala itu bermain imbang 1-1.

Tapi, diantara sekian banyak tim yang pernah ditanganinya, Timnas Brasil menjadi tim yang paling sering putus-sambung dengannya. Ada enam periode berbeda, yang pernah dijalaninya bersama Selecao, baik sebagai pelatih kepala, asisten pelatih maupun pelatih interim.

Sebagai pelatih kepala, Zagallo pernah bertugas pada periode 1967-1968, 1970-1974 dan 1994-1998. Pada periode pertama dan keduanya, trofi Piala Dunia 1970 menjadi titik puncak prestasinya.

Selain memastikan trofi Piala Dunia ketiga buat Tim Hijau-Kuning dan memastikan status Pele sebagai legenda sepak bola Brasil, Zagallo juga ikut mencatat sejarah, sebagai orang pertama yang meraih Piala Dunia sebagai pemain dan pelatih.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun