Dengan giliran mereka ditentukan sesuai urutan abjad nama masing-masing, ketiganya sudah mulai memperlihatkan, apa gagasan program seandainya terpilih menjadi presiden. Segera setelah acara selesai, ada banyak sudut pandang muncul, seperti halnya beragam meme jenaka di media sosial.
Tapi, sebagai seorang penonton, saya melihat ketiganya tampil dengan wajah khas masing-masing. Anies memainkan jurus "tiki-taka kata"-nya, Ganjar menampilkan satu diskusi interaktif dengan selipan gaya "bahasa medsos", sementara Prabowo menghadirkan gaya pidato bersemangat tinggi.
Penampilan dengan gaya khas masing-masing ini memang jadi satu cara paling umum membangun familiaritas dan rekognisi publik. Sejauh ini, semuanya sudah sukses membangun ciri khas masing-masing.
Sayangnya, ini bukan ajang lomba pidato 17-an, tapi ajang Bacapres Bicara Gagasan.
Jadi, bobot kualitas mereka baru akan benar-benar dilihat, ketika berinteraksi di muka umum, dalam format diskusi interaktif.
Meski durasinya terbilang maraton, acara yang dimoderatori oleh Najwa Shihab ini cukup menguji ketiga Bacapres secara komprehensif.
Di sini, tingkat pemahaman pada gagasan sendiri, kesiapan mental dan cara merespon pertanyaan benar-benar bisa dilihat secara jujur. Tidak ada gincu sama sekali.
Kalau KPU berani, ini bisa dijadikan contoh ideal untuk format debat capres jelang Pemilu 2024. Bodo amat dengan durasi, selama semua gagasan program semua peserta bisa dijabarkan dengan tuntas, masyarakat pasti tidak keberatan menonton. Toh Pemilu hanya ada lima tahun sekali.
Jujur saja, dari penampilan ketiganya, masih ada kekhawatiran yang tertinggal. Anies maupun Prabowo masih terlalu berputar-putar dalam memaparkan ide dan kurang interaktif dengan audiens.
Keduanya sama-sama terlihat bingung dengan ide mereka sendiri dan pertanyaan audiens, juga masih kental dengan latar belakang masing-masing: Anies dengan corak khas akademisi dan Prabowo dengan corak militer.
Saking berputar-putar nya, mungkin sebagian audiens (khususnya Gen Z dan Milenial) akan bertanya: Memang boleh se-Bacapres itu?
Dengan "jarak" yang mereka hadirkan di forum ini, rasanya wajar kalau mereka juga akan punya "jarak" dengan masyarakat, andai terpilih jadi RI 1.
Seandainya jarak ini terlalu jauh, bukan kejutan juga kalau mereka seperti berada di dimensi lain bagi rakyat. Mereka ada dengan jaga jarak saat Pemilu, dan tak terjangkau setelah Pemilu.
Itu baru urusan jarak, belum masuk ranah program dan kebijakan, apalagi kalau sampai ada masukan dari luar.
Dalam diskusi di UGM, Anies dan Prabowo sama-sama terlihat kebingungan menghadapi pertanyaan audiens, dan justru memperlihatkan adanya "gap generasi" antara mereka dan audiens (yang mayoritas mahasiswa). Itu baru dengan mahasiswa, belum dosennya.
Dari ketiga Bacapres, Ganjar sepintas menjadi yang terlihat paling siap menghadapi audiens. Ada pemaparan, data faktual, dan interaksi cair dengan audiens. Dia benar-benar paham apa yang sedang dilakukan, siapa audiens, dan bagaimana menghadapinya.