Uniknya, sama seperti Piala Asia senior, Piala Asia U-23 juga akan dihelat di Qatar, yakni pada tahun 2024. Bedanya, Piala Asia senior digelar di awal tahun, sementara Piala Asia U-23 digelar pada bulan April-Mei.
Dengan performa bagus yang ditampilkan di Kualifikasi, tentu saja optimisme itu ada. Tim ini sudah mulai terbiasa bermain dengan skematis, dan punya level stamina lebih baik.
Tapi, bukan berarti tim asuhan Shin Tae-yong ini boleh dibebani target seenaknya. Apalagi sampai diberitakan berlebihan.
Maklum, Piala Asia U-23 adalah turnamen kelompok umur, yang sebenarnya bertujuan untuk membina pemain muda, dengan memberi pengalaman bertanding di turnamen besar. Kebetulan, Piala Asia U-23 juga merupakan kualifikasi menuju Olimpiade.
Jadi, sekalipun nanti melangkah jauh di Piala Asia U-23, bahkan lolos ke Olimpiade 2024 di Paris, capaian ini bukan golnya, karena penilaian valid sebuah generasi tim nasional datang dari capaian di level senior.
Lagipula, kalau dilihat lagi, Piala Asia U-23 tidak masuk kalender FIFA. Otomatis, kemungkinan sejumlah pemain "abroad" absen pun meningkat. Ini berbeda dengan uji coba internasional FIFA atau Piala Asia senior yang memang masuk kalender FIFA, sehingga klub wajib melepas pemain ke tim nasional.
Seperti diketahui, Garuda Muda punya Rafael Struick (ADO Den Haag, Belanda) Ivar Jenner (FC Utrecht, Belanda), Elkan Baggott (Ipswich Town, Inggris), Marselino Ferdinan (KMSK Deinze, Belgia) dan Pratama Arhan (Tokyo Verdy, Jepang).
Itu masih belum termasuk Ronaldo Kwateh (Bodrumspor, Turki) atau pemain diaspora lain, khususnya jika ada nama terbaru yang akan dinaturalisasi. Maklum, PSSI dan Kemenpora belakangan cukup giat menggali potensi diaspora Indonesia yang aktif di sepak bola.
Dengan kemungkinan tampil dengan tim seadanya di Qatar, maka segala prediksi rasa ekspektasi layak ditepikan dulu.