Lima bintang dan catatan belum pernah absen di Piala Dunia menjadi satu penjelasan paling sederhana. Di luar itu, ada satu ciri khas yang cukup lekat dengan Selecao dan sudah mendunia, yakni "Jogo Bonito" alias permainan cantik, lengkap dengan paduan ciamik antara aksi individu layaknya tari Samba dan "Ginga" (dibaca Jing-ga) alias kegembiraan.
Ciri khas itu sudah ada sejak generasi Pele, Ronaldinho, dan terus berlanjut hingga generasi Vinicius Junior di era kekinian. Tapi, kalau boleh ditelusuri sedikit lagi, "Jogo Bonito" dan "Ginga" ini ternyata menjadi satu ciri khas budaya, dan menjadi karakter unik, yang juga terlihat pada berbagai produk budaya populer Brasil.
Di dunia musik misalnya, negara terluas di Amerika Selatan ini punya genre Bossanova yang kaya improvisasi, dengan Tom Jobim sebagai salah satu maestronya. Kata unik juga menjadi corak karakteristik rasa kuliner khas Brasil, yang tetap punya ciri khas khusus, untuk ukuran "Western Food" yang banyak mengandalkan pasta, roti atau daging.
Secara personal, karakter unik ini saya jumpai di Braza Brazilian Grill & BBQ, tepatnya saat mengikuti event offline sekaligus temu kangen dengan rekan-rekan KJOG, Sabtu (12/8) lalu.
Braza sendiri merupakan restoran berkonsep "all you can eat" bermenu kuliner ala Brasil yang buka kembali sejak pertengahan tahun 2023. Sebelumnya, restoran milik Pak Alam ini sempat buka antara tahun 2019-2021, tapi sempat vakum karena imbas pandemi.
Boleh dibilang, restoran yang terletak di Jalan Watugede, Ngaglik, Sleman, ini merupakan pelopor restoran kuliner Brasil di Jogja. Jadi, tanpa perlu jauh-jauh ke Brasil, pengalaman menikmati kuliner ala Brasil sudah bisa kita dapat di Sleman.
Secara garis besar, Braza menyajikan menu bercorak "Western Food", dengan menu utama olahan daging sapi panggang (Sirloin dan Beef), ayam panggang lepas tulang (Frango), sosis ayam, dan jantung ayam (Coracao).Â