Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Messi, Neymar dan Kisah Klasik "Benchmark"

15 Agustus 2023   17:16 Diperbarui: 15 Agustus 2023   17:22 322 5
Dalam sepak bola, kita banyak melihat pemain berlabel "The Next" atau "The New" pada awal kemunculannya. Umumnya, label ini tersemat karena si pemain dinilai punya talenta besar atau kemiripan atribut dengan seorang pemain legendaris.

Sebagai contoh, di Argentina ada sejumlah pemain bintang yang pada awal kemunculannya mendapat label "The Next Maradona" atau "The New Maradona". Mulai dari Ariel Ortega, Juan Roman Riquelme, Pablo Aimar sampai Carlos Tevez, semuanya pernah mendapat label ini.

Tapi, tak ada yang mampu menyamai level El Diego sampai Lionel Messi datang. Messi bahkan sukses menyempurnakan standar prestasi sang legenda di Timnas Argentina, lebih dari tiga dekade setelah kesuksesan Albiceleste di Piala Dunia 1986.

Seperti diketahui, Messi tidak hanya mampu meraih trofi Piala Dunia U-20 dan senior seperti Maradona. Pemain yang juga berpostur boncel dan berkaki kidal seperti El Pibe De Oro ini juga melengkapinya dengan medali emas Olimpiade 2008, Copa America 2021 dan Finalissima 2022.

Catatan prestasi itu juga disempurnakan dengan 7 Ballon D'Or dan aneka prestasi lain. Ditambah lagi, gaya hidup La Pulga relatif tidak aneh-aneh, sehingga bisa tetap berprestasi di usia 30-an tahun.

Kesuksesan Messi pada akhirnya menjadi sebuah "happy ending" atas sebuah pencarian panjang sosok penerus sejati Diego Maradona. Makanya, ketika Messi pindah ke Inter Miami, banyak yang memakluminya.

Tapi, ini sekaligus menjadi "benchmark" berikutnya di masa depan. Jadi, selain "The Next Maradona" akan ada label lain berwujud "The Next Messi" yang akan jadi kebiasaan di Argentina.

Cerita serupa sebenarnya juga hadir di Brasil, dengan Pele sebagai "benchmark". Tapi, tidak seperti label "The Next Maradona" yang sudah menemukan sosok ideal, label "The Next Pele" masih belum menemukan sosoknya.

Setelah Zico di era 1980-an, sebenarnya Brasil punya dua sosok "The Next Pele", yang berasal dari Santos, klub yang membesarkan sang legenda, yakni Robinho dan Neymar.

Tapi, Robinho yang pernah meraih trofi liga di Real Madrid dan AC Milan, plus juara Copa America dan Piala Konfederasi bersama Timnas Brasil antara tahun 2005-2011, justru berakhir menjadi pesakitan akibat gaya hidup ugal-ugalan di luar lapangan.

Di dekade berikutnya, Santos kembali mencetak "The Next Pele" lain dalam diri Neymar. Di awal kemunculannya, atribut kemampuan individu Neymar begitu menonjol.

Perbandingan dengan Pele pun tak terhindarkan, setelah Santos dibawanya meraih Copa Libertadores 2011, sama seperti capaian sang legenda dulu. Harapan publik sepak bola Brasil padanya juga semakin tinggi, setelah mampu meraih Treble Winner bersama Barcelona tahun 2015, berkat kombinasi ciamik dengan Messi dan Luis Suarez di lini depan.

Sayangnya, potensi besar itu tak pernah benar-benar mencapai titik maksimal. Rentetan masalah cedera dan indisipliner menjadi penyebab, terutama sejak pindah ke PSG pada tahun 2017.

Di klub raksasa Ligue 1 Prancis itu, ia memang datang sebagai pemain termahal dunia, setelah ditebus dengan harga 222 juta euro dari Barcelona. Transfer ini menjadi titik pemicu naiknya standar harga transfer pemain dalam beberapa tahun terakhir.

Tapi, ia hampir selalu absen karena cedera, tiap kali PSG mulai bertanding di fase gugur Liga Champions. Selama membela PSG, ia hanya sekali bebas cedera di babak ini, kala Les Parisiens menjadi finalis Liga Champions musim 2019-2020. Situasi itu tetap sama, bahkan saat Messi ikut bergabung ke PSG (2021-2023).

Di Timnas Brasil, cedera di partai pemanasan terakhir juga membuatnya absen, saat Selecao juara Copa America 2019. Saat fit di edisi 2021, Ney dipaksa patah hati, setelah kalah 0-1 dari Argentina di final.

Di Piala Dunia, nasib apes juga seperti mengakrabi, karena terjadi sampai 3 kali. Di Piala Dunia 2014, cedera memaksanya absen saat Brasil dibantai Jerman 1-7 di semifinal. Di Piala Dunia 2018 dan 2022, giliran kilau generasi emas Belgia dan Kroasia menundukkan Brasil di perempatfinal.

Belakangan, nasib pemain yang jago gocek ini juga tak menentu di Paris. Masalah cedera, hobi pesta dan ketidaksukaan fans menjadi penyebab.

Sebenarnya, Barcelona sempat disebut berniat memulangkan sang Brasilero, tapi masalah keuangan membuat tim Catalan itu tak bisa berbuat banyak. Dengan kondisi keuangan masih amburadul, Barca jelas tak bisa menandingi kekuatan fulus dari klub-klub ambisius Liga Saudi yang berminat pada Neymar.

Apalagi, ketika tawaran transfer 90 juta euro plus bonus, dengan kontrak selama 2 tahun dan gaji tahunan sebesar 150 juta euro datang dari Al Hilal (Arab Saudi). Ini jelas menjadi satu jalan tengah ideal buat Neymar dan PSG.

Dengan demikian, berakhir sudah kiprah The Golden Boy di Paris, sekaligus menjadi satu kejutan besar di bursa transfer musim panas 2023.

Meski mendapat gaji mewah plus aneka bonus melimpah di Al Hilal, ini jelas sebuah penurunan level cukup drastis dari seorang pemain termahal dunia. Dengan usianya yang sudah 31 tahun, mungkin inilah awal dari babak akhir kiprah seorang Neymar di lapangan hijau.

Di sisi lain, ini juga menjadi satu contoh terkini, dari beratnya beban sebuah label "benchmark" dari pemain legendaris. Terutama, jika si pemain punya masalah kebugaran atau indisipliner.

Uniknya, masalah yang dialami Neymar dan Robinho sebagai "The Next Pele" justru tak dialami Romario, Ronaldo, Ronaldinho atau Kaka. Tanpa embel-embel sebagai penerus O Rei, mereka malah mampu mencatat banyak prestasi, baik di klub maupun tim nasional.

Mungkin, pencarian publik sepak bola Brasil pada sosok "The Next Pele" akan lebih panjang dari pencarian "The Next Maradona" di Argentina, tapi ini sekaligus menunjukkan, sebuah harapan besar bisa menjadi beban berat, bagi siapapun pemikulnya.

Kalau harapan itu bisa dicapai bahkan dilampaui, itu bisa jadi tantangan baru untuk generasi mendatang. Kalau ternyata tak tercapai, itu akan menyisakan rasa penasaran, karena ada begitu banyak ketidakpastian di dalamnya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun