Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

CR7, Al Nassr dan Dimensi Unik Seorang Bintang

16 April 2023   12:39 Diperbarui: 16 April 2023   12:42 586 6
Bicara soal Cristiano Ronaldo, ada banyak hal yang sudah dikupas habis darinya. Mulai dari prestasi sampai kontroversi, semua tak luput dari perhatian media.

Andai dibukukan atau difilmkan, mungkin satu judul saja tak cukup untuk membahasnya sampai tuntas. Maklum, pemain kelahiran tahun 1985 ini bukan hanya seorang pemain sepak bola, tapi juga salah satu ikon olahraga di era modern.

Karenanya, tidak mengejutkan kalau dimensi peran dan pengaruhnya terlihat cukup luas di Al Nassr dan sepak bola Arab Saudi secara umum.

Sejak kepindahan ke Arab Saudi pemain berusia 38 tahun ini memang mampu menaikkan popularitas klub dan liga. Meski belum seperti MLS, pemberitaan soal Saudi Pro League sudah lebih banyak dari sebelumnya.

Sepintas, situasi ini mirip dengan kedatangan David Beckham ke MLS tahun 2007 silam. Satu momen yang jadi tonggak awal menuju MLS seperti yang kita lihat sekarang, dan ikut andil pada terpilihnya Amerika Serikat menjadi tuan rumah Piala Dunia 2026 bersama Meksiko dan Kanada.

Langkah MLS ini sendiri juga sedang coba ditiru Arab Saudi, yang kebetulan sedang mencalonkan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia 2030, bersama Yunani dan Mesir.

Tapi, diluar urusan popularitas global dan posisinya sebagai seorang ikon, keberadaan legenda Real Madrid di negara Timur Tengah itu juga menghadirkan satu dimensi peran lain yang cukup unik.

Dimana, bintang Timnas Portugal itu juga punya peran seperti penasehat teknik tim, kalau tidak boleh dibilang sebagai direktur olahraga. Dimensi unik ini terlihat, saat Al Nassr mencopot Rudi Garcia dari pos pelatih, Kamis (13/4) lalu.

Secara teknis, keputusan klub ibukota Arab Saudi itu cukup masuk akal, karena mereka tertinggal 3 poin dari Al Ittihad dalam pacuan juara liga. Pelatih asal Prancis itu juga dinilai belum bisa mengoptimalkan kemampuan Cristiano Ronaldo sesuai harapan manajemen klub dan fans.

Tapi, kalau dilihat dari sisi lain, pengaruh dan "peran" Ronaldo di tim Al Nassr juga ikut andil. Sejumlah pemberitaan di media menyebut, ketidakcocokan sang bintang dengan eks pelatih AS Roma itu turut menjadi satu faktor utama.

Satu faktor lain datang dari kebiasaan klub berjuluk Al Alami (The Global) berganti pelatih di pertengahan musim sejak Saudi Pro League mulai bergulir musim 2008-2009. Hingga kini, klub sudah mempekerjakan total pelatih, dengan 15 diantaranya dicopot pada pertengahan musim.

Sebagai gantinya, klub berkostum Biru-Kuning itu menunjuk Dinko Jelicic (Kroasia) sebagai pelatih interim. Eks pelatih Timnas Kroasia U-20 ini sebelumnya bertugas sebagai pelatih tim junior Al Nassr.

Menariknya, dalam proses pencarian pelatih baru, Ronaldo juga dilibatkan klub untuk memberi masukan soal kandidat ideal. Hasilnya, nama Jorge Jesus dan Jose Mourinho masuk daftar.

Mourinho, yang pernah melatih Ronaldo di Real Madrid memang jadi pemberitaan, karena Al Nassr disebut siap memberi gaji besar, tapi dalam hal pengalaman melatih di luar Eropa, Jorge Jesus lebih teruji, karena pernah membawa Flamengo berjaya di Liga Brasil dan Copa Libertadores edisi 2019.

Selain itu, eks pelatih Benfica ini juga sempat melatih di Saudi Pro League, dengan membawa Al Hilal juara Saudi Super Cup 2018.

Dua pelatih berpengalaman dari Portugal itu bersanding dengan dua pelatih asal Argentina, yakni Marcelo Gallardo dan Miguel Angel Russo. Keduanya pernah melatih Al Nassr dan sama-sama punya reputasi bagus di Amerika Selatan.

Bedanya, Gallardo pernah "melatih" Al Nassr di laga eksibisi melawan PSG awal tahun 2023, sementara Russo adalah pendahulu Rudi Garcia di Al Nassr yang sempat meraih penghargaan manajer terbaik Saudi Pro League edisi Januari 2022.

Berangkat dari profil kandidat pelatih yang muncul, andai Mourinho tidak bersedia pindah dari AS Roma, siapapun yang nantinya melatih Al Nassr, pasti dipilih juga atas persetujuan Ronaldo, selaku bintang utama tim.

Meski peran ini membuatnya terlihat seperti "bos kecil" di Al Nassr, di sini kita bisa melihat bersama, mengapa jebolan akademi Sporting Lisbon ini mendapat paket gaji sampai 200 juta euro per tahun.

Selain karena profesi sebagai pemain bola, ada tugas sebagai ikon dan duta global Saudi Pro League, yang juga berkaitan dengan ambisi besar Arab Saudi menjadi tuan rumah Piala Dunia 2030. Jadi, peran "bos kecil" di Al Nassr hanya bagian kecil dari tugas besar itu.

Dengan ambisi sebesar itu, bukan kejutan kalau Al Hilal sampai berani menawarkan paket gaji mewah kepada Lionel Messi, yang notabene rival lama Ronaldo.

Meski terlihat tak masuk akal, ini menjadi satu strategi menarik, karena dalam ambisinya memajukan sepak bola, Arab Saudi coba membangun familiaritas global dan membenahi kualitas pada saat hampir bersamaan.

Gelontoran dana gila-gilaan ini jelas berbeda jauh dengan MLS yang terkesan santai di awal kemunculannya, tapi inilah satu upaya serius Arab Saudi lepas dari cap konservatif dan ketergantungan besar pada minyak.

Salah satunya dengan melakukan diversifikasi ekonomi lewat industrialisasi olahraga, dan sepak bola menjadi satu lahan menarik, seiring suksesnya gelaran Piala Dunia 2022 di Qatar.

Dengan keseriusan seperti ini, selama tidak macet di tengah jalan, tampaknya tak butuh waktu lama untuk kita melihat, industrialisasi sepak bola di Arab Saudi benar-benar menjadi sebuah industri olahraga seperti MLS.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun