Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Kisah PSSI dan Laga Ujicoba Internasional

17 Maret 2023   15:45 Diperbarui: 17 Maret 2023   15:46 110 1
Bicara soal PSSI, sebagian orang mungkin lebih familiar dengan aneka masalah di dalamnya. Mulai dari tata kelola yang serba amburadul, kualitas kompetisi yang serba seadanya, dan masalah masalah lain yang hampir selalu ada di sepak bola nasional.

Salah satu masalah yang cukup terlihat ada pada penjadwalan laga ujicoba Tim Merah Putih di jeda internasional FIFA. Dalam beberapa periode, PSSI kerap tidak mengadakan uji tanding, antara lain karena pertimbangan laga persahabatan cenderung kurang greget, tidak seperti pertandingan kompetitif.

Kalaupun mengundang tim kelas dunia, manfaat bisnisnya lebih besar dari manfaat teknis. Pada dekade lalu, kita bisa melihat ini saat Timnas Indonesia bertemu Uruguay dan Belanda, semifinalis dan finalis Piala Dunia 2010.

Pengalaman bertanding memang didapat para pemain, tapi hanya sampai disitu, karena Tim Garuda masing-masing kalah telak 1-7 dan 0-3. Selebihnya, ini hanya menguntungkan secara bisnis.

Jadi, normal kalau PSSI jarang menggandeng negara lain untuk menggelar laga ujicoba internasional. Paling mentok, hanya beruji coba dengan Timor Leste, negara tetangga.

Sekilas, keputusan ini terlihat masuk akal dari segi ekonomi, karena lebih hemat dan minim risiko kerugian. Dalam perjalanannya, keputusan ini lalu diubah sejak Shin Tae-yong mulai melatih Timnas Indonesia, karena minimnya jumlah pertandingan berandil pada peringkat FIFA yang rendah.

Peringkat FIFA yang rendah terbukti merepotkan, karena membuat Tim Garuda harus menjalani play-off melawan Taiwan untuk tampil di Kualifikasi Piala Asia beberapa waktu lalu.

Karenanya, laga ujicoba belakangan cukup rutin digelar di masa jeda internasional. Lawan tandingnya pun cukup beragam.

Bukan cuma Timor Leste, tapi merambah ke tim-tim luar Asia Tenggara. Mulai dari Bangladesh (Asia Selatan), Curacao (Amerika Utara dan Tengah) sampai Burundi (Afrika).

Daftar ini dipastikan akan bertambah, karena Palestina (Asia Barat) juga akan bertanding melawan Timnas Indonesia bulan Juni mendatang.

Selain karena beragam jenis lawannya, posisi peringkat FIFA yang kurang lebih setara atau diatas, telah membantu Timnas memperbaiki posisi peringkat FIFA. Per awal tahun 2023, Indonesia berada di posisi 151 dunia, setelah sebelumnya sempat berada di posisi 175.

Berangkat dari rangkaian hasil positif di laga ujicoba, dan dampak yang dihadirkan,  wajar kalau kriteria lawan tanding Pratama Arhan dkk kini sudah terbentuk, lengkap dengan komitmen untuk bertanding secara rutin di jeda internasional FIFA.

Soal komitmen, itu setidaknya terlihat dari rencana penjadwalan PSSI, yang mulai terlihat lebih profesional. Dalam laga melawan Palestina (peringkat 96 FIFA), mereka mengurus semuanya dan sudah memastikan jadwal pertandingan sejak jauh hari.

Pendekatan ini agak berbeda dengan pertandingan melawan Burundi (peringkat 141 FIFA) yang statusnya sempat tanda tanya dan terkesan diurus dadakan.

Seperti diketahui, sebelum akhirnya sepakat bertanding 2 kali melawan negara tetangga Rwanda itu, PSSI menjajaki Kenya (peringkat 101 FIFA) sebagai lawan tanding  sebelum akhirnya ditolak.

Dari sudut pandang profesional, ini adalah satu indikasi positif, karena apa yang dicanangkan Erick Thohir (Ketum PSSI) soal pengaturan jadwal pertandingan Tim Nasional benar-benar dijalankan.

Dengan langkah awal seperti ini, seharusnya pendekatan serupa juga bisa diterapkan pada jadwal pertandingan Liga Indonesia. Dari penjadwalan yang rapi dan profesional, profesionalitas bisa lebih dibudayakan di antara tim peserta.

Sebagai contoh, klub bisa mengurus perizinan stadion dan keamanan sejak jauh hari, dan menggunakan sistem sewa kontrak stadion, setidaknya selama setahun. Jadi masalah penundaan seperti yang dialami laga Persija vs Persib  baru-baru ini bisa dicegah.

Mungkin, masalah penjadwalan ini terlihat remeh, tapi bisa jadi pijakan untuk perbaikan pada aspek yang lebih kompleks. Kalau aspek sederhana saja masih belum beres, jangan berharap lebih, apalagi mengharapkan prestasi tinggi.

Bisa?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun