Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Pilihan

Sekolah Super Pagi, Apa Urgensinya?

3 Maret 2023   02:14 Diperbarui: 3 Maret 2023   02:22 177 5
Menyusul usulan Victor Laiskodat (Gubernur NTT) memajukan jam masuk sekolah siswa SMA di NTT, banyak reaksi muncul. Ada yang pro, ada juga yang kontra.

Saya sendiri akhirnya tergoda untuk menulis topik ini, karena ada satu pengalaman semasa SMA pada tahun 2011 silam, yang cukup relevan dengan kebijakan ini, meski tak sama persis jam mulainya.

Kebijakan yang dulu disebut "Jam ke 0" ini menjadi satu rutinitas di masa-masa jelang Ujian Akhir Nasional alias UAN. Durasinya sekitar 2-3 bulan, dan dimulai tiap pukul 06.30 pagi, 45 menit lebih awal dari jam pertama.

Sebenarnya, ini bisa dibilang merupakan jam pelajaran tambahan, yang fokus pada mata pelajaran yang diujikan dalam UAN, dan sudah jadi hal umum di Yogyakarta.

Salah satu pertimbangannya, jam tambahan di pagi hari dinilai tidak seberat jam tambahan di sore hari, dan tidak mengganggu kegiatan di luar jam sekolah, khususnya pada siswa yang punya jadwal les atau program bimbel di sore hari.

Pertimbangan lainnya, tidak semua siswa atau guru tinggal di dekat sekolah, dan ada juga yang tiap hari berangkat naik moda transportasi umum ke sekolah.

Penerapannya tergantung kebijakan masing-masing sekolah. Ada yang mulai pukul 06.15 (jika jam sekolah reguler dimulai pukul 07.00) dan ada juga yang mulai pukul 06.30 pagi (jika jam reguler dimulai pukul 07.15).

Mengingat waktunya, sudah pasti para siswa dan guru akan bersiap bangun pagi dan berangkat pagi ke sekolah. Meski tergolong pagi, ini masih terbilang wajar, karena perbedaan waktunya tidak terlalu ekstrem. Dengan sedikit waktu adaptasi, tubuh akan langsung terbiasa.

Tapi, kalau sekolah dimulai pada pukul 5 pagi, perbedaan waktunya tergolong ekstrem. Paling lambat, siswa atau guru harus bangun pukul 04.00 pagi. Kalau rumahnya jauh dari sekolah, pasti lebih pagi lagi.

Memang, dari waktunya, kebijakan sekolah pukul 05.00 ini bisa membentuk satu pola disiplin. Masalahnya, ini tampak kurang proporsional. Tidak semua siswa atau guru tinggal di dekat sekolah.

Satu hal lagi, bangun pagi memang bagus, tapi kalau langsung disambung mandi terlalu pagi (pukul 3-4 pagi atau kurang), itu kurang bagus. Apalagi, kalau di malam sebelumnya tidur larut malam karena ada banyak PR atau belajar.

Air terlalu dingin rawan memicu rematik dan demam, karena tubuh dibuat "kaget" dengan perubahan suhu drastis dalam waktu singkat.

Air hangat? Itu cukup membantu, tapi kurang oke juga dalam jangka panjang, karena membuat tubuh jadi punya ketergantungan. Sekali lepas, tubuh bisa kesulitan saat bertemu suhu rendah seperti udara pagi.

Secara teknis, sekolah terlalu pagi juga kurang efektif, karena dukungan moda transportasi sebelum pukul 5 pagi masih jauh dari ideal.

Opsi jalan kaki memang paling masuk akal, tapi itu bisa jadi kontraproduktif, karena energi yang seharusnya dibutuhkan untuk belajar, sudah terkuras duluan di jalan.

Tidak semua orang punya energi berpikir dan fisik sama bagus. Seharusnya, ini bisa disadari pembuat kebijakan. Pelajar bukan tentara atau polisi yang harus siaga penuh setiap saat. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun