Jangankan menjadi pesaing gelar juara Liga Inggris, masuk 4 besar saja masih kesulitan. Lini depan tumpul, lini tengah kurang bensin, dan lini belakang bocor. Ditambah lagi, pemain cedera datang silih berganti.
Untuk fans yang baru menyukai The Reds sejak 2019, mungkin musim ini akan terlihat seperti mimpi buruk. Bagaimana mungkin sebuah tim yang sudah meraih semua trofi bisa terjun bebas secepat ini?
Tapi, sebagai fans yang "kecantol" di sini gara-gara nonton aksi Michael Owen saat Piala Dunia 2002, kekacauan seperti ini sebenarnya bukan hal baru.
Saat juara Liga Champions 2005 saja, performa Si Merah juga bisa dibilang ambyar. Kalah di final Piala Liga, gagal finis di zona Liga Champions, dan masuk kotak di Piala FA.
Bukan cuma itu, Steven Gerrard dkk juga merelakan pemenang Ballon D'Or macam Michael Owen pergi ke Real Madrid, dengan ditukar tambah Antonio Nunez, seorang gelandang spesialis cadangan.
Benar-benar kacau.
Untungnya, sepak bola masih berbaik hati menghadirkan Keajaiban Istanbul. Kalau tidak, pasti bakal jadi lelucon. Sudah nol gelar, performa seadanya, dilangkahi Everton juga di Liga Inggris.
Situasi lebih suram dari musim 2022-2023 juga sempat hadir, dalam rentang waktu tahun 2009-2016. The Kop juga sempat terancam bangkrut tahun 2010, andai FSG tidak membeli Klub.
Pada periode ini, jangankan juara, lolos ke Liga Champions saja hanya sekali, itupun langsung tersingkir di fase grup. Pemain top macam Fernando Torres dan Luis Suarez memang sempat hadir, tapi ketika mereka hanya diganti dengan Mario Balotelli dan Andy Carroll yang flop, plus Daniel Sturridge yang langganan cedera, kita semua tahu apa hasilnya.
Satu-satunya trofi yang datang cuma Piala Liga. Selebihnya, Liverpool hanya sebuah tim bermental "Robin Hood": bagus saat menghadapi tim besar, tapi sering kacau saat menghadapi tim kecil.
Fase turbulensi ini benar-benar tidak cocok buat para fans "glory hunter". Tidak ada yang bisa diharapkan. Hanya bisa dinikmati karena tidak setiap hari mereka bermain.
Jadi, ketika turbulensi itu datang lagi di musim 2022-2023, saya memilih untuk menikmatinya sebagai sebuah komedi, karena "gegenpressing" sedang jadi "gegenhamstring" karena tim lawan sudah bisa mengantisipasi, dan permainan intensitas tinggi ala Juergen Klopp sedang menuai panen banyak pemain cedera.
Apa yang bisa diharapkan dari sebuah tim yang  sedang babak belur?
Apa yang dialami kubu Anfield saat ini hanya bagian dari sebuah siklus. Dengan mulai menuanya pemain-pemain kunci macam Virgil Van Dijk dan Thiago Alcantara, sudah saatnya tim kesayangan Kopites ini melakukan pembaruan, karena siklus yang sudah menghadirkan tujuh trofi dalam tujuh tahun era Klopp sudah mendekati akhir.
Sudah saatnya memulai siklus baru, dan itu bergantung pada keberanian untuk memulai dan membangun lagi dari awal, tanpa melanggar aturan Financial Fair Play.
Selebihnya, tinggal dinikmati saja dalam setiap situasi, seperti cinta yang murni. Hitung-hitung latihan setia pada si dia.