Jika pemain kidal ini mampu tampil bagus dan bersinar, Argentina adalah tim yang berbahaya. Jika sedang melempem atau absen, lampu kuning di depan mata.
Selama beberapa tahun, Si Kutu hampir selalu jadi andalan dan situasinya stagnan. Tak ada pelatih yang bisa mengubah rumus "oper bola ke Messi dan dia akan menuntaskan semuanya" sampai Lionel Scaloni datang.
Di bawah komando eks pemain West Ham itu, Leo dibuatnya "menua dengan sukses" seperti yang dilakukan sutradara Riri Riza pada Dian Sastrowardoyo di film AADC 2.
Meski masih diandalkan sebagai si nomor punggung 10, sistem yang dibangun Scaloni sukses memberi pemain kelahiran tahun 1987 itu dukungan ekstra. Saat dia mati kutu, ada rekan yang bisa mengisi perannya, seperti sebuah pesawat bermesin cadangan.
Hasilnya, sang kapten terlihat menikmati perannya di Timnas, seiring grafik performa yang tetap oke meski sudah berumur. Trofi Copa America 2021 (lengkap dengan gelar top skor dan pemain terbaik), Finalissima dan Ballon D'Or ketujuh menjadi buah manisnya.
Di Piala Dunia 2022, Messi juga tampil mencorong. Masih dengan peran nomor 10 nya, legenda Barcelona ini mampu menginspirasi tim secara keseluruhan.
Dalam artian, bintang PSG ini tidak hanya berkontribusi lewat torehan 3 gol dan 1 assist nya, tapi juga ikut membantu rekan setimnya bermain baik.
Terbukti, Julian Alvarez yang biasa jadi cadangan Erling Haaland di lini depan Manchester City mampu membuat dua gol, masing-masing ke gawang Polandia dan Australia. Di tengah, Enzo Fernandez dan Alexis MacAllister juga tampil cukup baik.
Hasilnya, Albiceleste tetap mampu meraih hasil positif, sekalipun sang megabintang tidak dalam performa terbaik. Terbukti, mereka mampu mengalahkan Polandia 2-0, sekalipun Messi gagal mengeksekusi penalti.
Bukan cuma di lini serang, para pemain di lini pertahanan pun tampil baik. Emiliano Martinez solid di bawah mistar, dan membuat beberapa penyelamatan penting. Ada juga Lisandro Martinez dan Christian Romero yang menjadi rekan sekaligus calon penerus sepadan bek senior Nicolas Otamendi di jantung pertahanan.
Dengan dampak yang dihadirkannya sejauh ini, Lionel Messi telah menciptakan satu definisi baru, tentang peran nomor 10 yang selama ini lekat dengannya.
Dari yang sebelumnya hanya jadi motor serangan dan "pembeda", kini telah naik kelas menjadi sosok panutan, yang membantu seluruh elemen tim ikut berkembang. Dengan bola di kakinya, La Pulga lebih banyak berbicara, lewat aksi dan performa hebat di lapangan. Bukan lewat kata-kata pedas atau kontroversial di media.
Atmosfer di lapangan juga terasa lebih spesial, karena suporter fanatik Argentina selalu datang dan mendukung dengan penuh semangat. Jadi, bukan kejutan kalau La Seleccion tampak nyaman, serasa bermain di rumah sendiri.
Kini, Argentina menapak babak perempat final dengan Belanda sebagai lawan. Sebuah partai klasik Piala Dunia yang biasanya berjalan intens.
Jika mampu melewati babak ini, mimpi meraih trofi Piala Dunia ketiga akan semakin dekat, seperti halnya harapan Messi untuk memekarkan bunga terakhir, sekaligus meninggalkan warisan berharga buat negaranya di ajang Piala Dunia.
Mampukah?