Untuk urusan masalah cedera, ini memang jadi masalah pelik bahkan sejak masa pramusim. Ada sejumlah pemain yang mengalami cedera atau mengalami masalah kebugaran.
Masalah ini hadir secara bergantian dan relatif merata di semua sektor. Dari kiper sampai penyerang, semua kebagian jatah cedera.
Kekacauan semakin lengkap, karena di saat mereka harus menjalani jadwal superpadat dengan strategi intensitas tinggi khas gegenpressing, ternyata tim asuhan Juergen Klopp tidak punya dokter klub definitif sejak ditinggal Jim Moxon bulan Agustus 2022 silam.
Sebenarnya, masalah ini sempat terjadi juga sempat terjadi pada musim 2020-2021. Situasinya pun cukup mirip, karena mereka saat itu juga merampingkan jumlah staf tim (termasuk tim medis) menyusul imbas pandemi.
Waktu itu, krisis cedera, terutama di pos bek tengah, jadi masalah besar. Pemain-pemain kunci seperti Virgil Van Dijk, Joel Matip dan Joe Gomez sama-sama cedera panjang, di tengah jadwal musim yang sangat padat.
Saking gawatnya, Jordan Henderson dan Fabinho sampai harus dijadikan bek tengah dadakan. Beruntung, performa tim lalu membaik di pekan-pekan akhir Liga Inggris, sehingga lolos ke Liga Champions.
Musim berikutnya, Si Merah relatif bebas dari krisis cedera parah. Dengan persiapan yang lebih terukur dan jadwal yang lebih proporsional, dua trofi juara dan dua posisi runner-up berhasil dicapai.
Capaian itu memang luar biasa, tapi ketika jadwal padat sudah ada lagi di musim berikutnya, The Kop kembali keteteran. Masalah dangkalnya kedalaman kualitas tim kembali terekspos.
Cedera pemain pun datang silih berganti, dan pemain yang tampil pun tampak cenderung berhati-hati, terutama pemain tim nasional yang akan bermain di Piala Dunia 2022.
Berangkat dari situasi itu, bukan kejutan kalau performa Liverpool sejauh ini lumayan berantakan. Kedalaman kualitas tim minimalis, kondisi tidak ideal, sistem permainan pun tak jalan. Kekacauan yang sempurna.
Tapi, jika melihat situasi dan jadwal Mohamed Salah dkk setelah ini, sebenarnya ada kesempatan buat Juergen Klopp dan timnya memperbaiki keadaan. Adanya jeda kompetisi selama sebulan karena Piala Dunia 2022 bisa jadi kesempatan bagus untuk melakukan pemusatan latihan, terutama bagi pemain yang tidak tampil di Qatar.
Melakukan pemusatan latihan menjadi satu hal logis, karena memang sudah jadi kebiasaan Klopp sejak melatih Mainz. Seperti diketahui, pelatih asal Jerman itu biasa melakukan pemusatan latihan selama 1-2 pekan saat dibutuhkan, untuk meningkatkan performa dan kekompakan tim.
Jika belanja besar di musim dingin tak dilakukan, pemusatan latihan memang jadi opsi masuk akal untuk jangka pendek.
Tapi, berhubung jadwal bertanding Liverpool cukup padat, rotasi tampaknya perlu dilakukan, dengan melibatkan pemain-pemain muda di piala domestik, atau pertandingan terakhir fase grup Liga Champions melawan Napoli (yang sama-sama sudah lolos ke fase gugur).
Selain untuk mengistirahatkan para pemain inti, memberi kesempatan pada pemain muda mungkin bisa jadi kesempatan baik untuk bereksperimen. Siapa tahu, ada talenta baru yang muncul, dan bisa membantu tim menghadapi masa sulit.
Akankah badai segera berlalu?