Maklum, tim-tim terbaik dari seluruh dunia ikut ambil bagian. Otomatis, kualitas pemain yang terlibat juga bukan kaleng-kaleng.
Tapi, kalau boleh jujur, sebenarnya ada sedikit keraguan yang terselip untuk Piala Dunia 2022. Kebetulan, turnamen ini dihelat pada bulan November-Desember, bukan Juni-Juli seperti biasanya.
Kalau soal jam tayangnya, mungkin Piala Dunia 2022 akan jadi turnamen yang jam tayangnya cukup bersahabat, khususnya untuk penonton di Indonesia. Kurang lebih seperti Piala Dunia 2018 di Rusia, yang zona waktunya berbeda 4-6 jam dari 3 zona waktu di Indonesia.
Masalahnya, kualitas permainan di turnamen ini mungkin akan berbeda dari biasanya. Bukan karena kualitas pemainnya kurang oke, tapi kondisi pemain yang terlibat di turnamen ini tidak optimal, khususnya untuk mereka yang bermain di klub-klub Eropa.
Seperti diketahui, sehubungan dengan adanya Piala Dunia 2022, liga-liga dan kompetisi antarklub Eropa punya jadwal padat. Rata-rata mereka bermain 2-3 kali sepekan sejak awal musim, sampai jelang Piala Dunia dimulai.
Padahal, frekuensi setinggi ini biasanya hadir pada paruh kedua musim kompetisi atau putaran akhir. Otomatis, risiko cedera pemain akan lebih tinggi dari biasanya.
Apesnya, jeda internasional bulan September sudah mendatangkan setidaknya dua "korban" yakni Ronald Araujo (Uruguay) dan Memphis Depay (Belanda).
Dua pemain Barcelona ini sama-sama mengalami cedera otot, dan harus berpacu dengan waktu untuk bisa ikut berangkat ke Qatar. Bagi Barca, ini adalah satu kerugian, karena mereka akan menjalani beberapa partai besar, termasuk El Clasico di pertengahan Oktober.
Bedanya, Araujo terancam absen karena belum lama ini menjalani operasi untuk memulihkan cederanya, sementara itu, Memphis hanya absen sebulan, tapi tetap harus berpacu dengan waktu, untuk bisa segera fit setelah sembuh dari cedera.
Kasus cedera pemain tim nasional lain, yang juga menimpa Barca, terjadi pada Jules Kounde (Prancis) dan Frenkie De Jong  (Belanda). Kounde terpaksa absen selama sebulan, sementara De Jong hanya absen 1-2 minggu.
Meski hanya cedera ringan, eks pemain Ajax itu punya catatan menit bermain yang cukup terbatas. Akibatnya, ia terancam dicoret pelatih Louis Van Gaal, jika situasinya tidak membaik.
Diluar keempat nama ini, sebelumnya sudah ada Gini Wijnaldum (AS Roma) dan Paul Pogba (Juventus) yang sudah lebih dulu diragukan berangkat ke Qatar bersama Timnas Belanda dan Prancis.
Wijnaldum dibekap cedera retak tulang kering, sementara Pogba mengalami cedera lutut. Tentu saja, ini akan jadi kerugian besar buat Uruguay, Belanda dan Prancis, karena mereka terancam tak tampil dengan kekuatan penuh.
Tim lain yang juga terancam bernasib serupa adalah Jerman, Spanyol dan Inggris. Jerman hampir pasti kehilangan Florian Wirtz, setelah talenta milik Bayer Leverkusen itu masih belum pulih dari cedera lutut. Spanyol terancam tanpa Mikel Oyarzabal dan Dani Olmo, sementara Inggris terancam tak diperkuat Kalvin Philips, yang masih berkutat dengan cedera bahu.
Daftar pemain cedera ini masih berpotensi akan bertambah, karena sejumlah klub, terutama di liga-liga top Eropa cukup banyak mengandalkan strategi permainan tempo tinggi.
Situasi ini jelas akan membuat pelatih tim nasional ketar-ketir, dan akan berdoa lebih banyak, supaya pemain andalannya tidak cedera jelang Piala Dunia. Maklum, intensitas tinggi yang sedang jadi tren taktik kekinian memang punya risiko cedera cukup tinggi, terutama di periode supersibuk.
Praktis, dengan segala potensi masalah yang ada, kekhawatiran soal kualitas permainan yang tidak optimal, karena kondisi pemain serba tidak optimal.
Dengan demikian, tidak ada harapan terlalu muluk untuk Piala Dunia edisi kali ini. Kalaupun ada yang istimewa, itu  bonus. Selebihnya, biarkan semua terjadi begitu saja. Siapa tahu, Piala Dunia 2022 masih punya banyak bonus tersembunyi.