Ditambah dengan catatan pertemuan yang jeblok melawan tim dari Timur Tengah, keraguan makin kuat. Saking meragukannya, media Kuwait sampai merasa yakin bahwa tim kontestan Piala Dunia 1982 itu akan lolos kualifikasi bersama Jordania.
Apalagi, di laga ujicoba terakhir, Tim Garuda hanya bermain imbang tanpa gol melawan Bangladesh, tim tetangga satu regional dari Nepal, lawan lainnya di Kualifikasi Piala Asia 2023.
Tapi, situasi semrawut ini ternyata tidak menghalangi Shin Tae-yong menciptakan sebuah "masterpiece" bersama para pemain Timnas Indonesia, dengan mengalahkan Kuwait 2-1 di kandangnya.
Mungkin, ini terdengar berlebihan. Tapi, apa yang ditampilkan Witan Sulaeman dkk di lapangan benar-benar berbeda dari Timnas Indonesia yang biasa kita lihat.
Disebut demikian, karena anak asuh Shin Tae-yong menampilkan mental bertanding dan pendekatan bermain yang sama sekali berbeda.
Dari segi mental, pelatih asal Korea Selatan ini mampu membuat anak didiknya tampil dengan "Semangat 45", sebuah kombinasi dari semangat juang, lengkap dengan titik fokus dan strategi yang jelas.
Mereka tahu apa yang harus dilakukan saat Kuwait menyerang, begitu juga saat harus menyerang. Jelas, pengalaman Shin Tae-yong sebagai eks pelatih Timnas Korea Selatan yang mengalahkan Jerman 2-0 di Piala Dunia 2018 berbicara di sini.
Terbukti, meski bermain di kandang lawan dan sempat kebobolan lebih dulu lewat sundulan Yousef Al Sulaiman, gol penalti Marc Klok dan tendangan Rachmat Irianto mampu membalikkan keadaan.
Dari sisi taktik, ada proses membangun serangan yang runtut: dari belakang ke tengah, lalu ke depan. Ada disiplin yang mulai terlihat di sini.
Kedua hal ini sangat berbeda dengan kebiasaan lama Tim Merah-Putih: mental langsung ambruk setelah kebobolan, dan kebiasaan umpan lambung jauh ke depan, kalau tak boleh dibilang membuang bola.
Boleh dibilang, apa yang sedang dibangun Shin Tae-yong di Timnas Indonesia sudah mulai kelihatan, dan kemenangan langka atas tim asal Timur Tengah menjadi satu hasil awal.
Disebut langka, karena Timnas Indonesia selama ini sangat kesulitan, tiap kali bertemu Tim asal Timur Tengah. Dengan perbedaan postur yang terlihat, cukup memakai strategi umpan silang saja sudah cukup membuat kewalahan.
Tapi, kontra strategi yang ditampilkan Timnas Indonesia kali ini menjadi satu harapan positif, karena mereka sudah mulai menemukan dan memahami cara bertahan sambil memukul balik.
Memang, masih ada banyak hal yang masih bisa ditingkatkan, termasuk koordinasi saat mengoper atau bertahan. Tapi, jika ini bisa ditingkatkan lagi saat menghadapi Jordania dan Nepal di partai berikutnya, tiket lolos ke Piala Asia sudah menunggu.
Jika ini bisa dicapai, seharusnya PSSI tak perlu lagi meragukan kemampuan Shin Tae-yong. Karena, dalam kondisi serba semrawut di sepak bola nasional, Timnas Indonesia mampu dibawanya tampil di Piala Asia, untuk pertama kalinya sejak tahun 2007.
Selebihnya kita tinggal berharap, Timnas Indonesia dan publik sepak bola nasional tak langsung euforia, karena perjuangan masih belum selesai.
Bisa?