Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Timnas Indonesia: Kekalahan dan Satu PR Besar

19 Mei 2022   21:17 Diperbarui: 19 Mei 2022   21:31 307 4
Setelah sempat bangkit dan mencatat tiga kemenangan beruntun di fase grup, langkah Timnas Indonesia di SEA Games 2021 akhirnya harus terhenti di babak semifinal. Kekalahan 0-1 atas Thailand, Kamis (19/5) memastikan tim asuhan Shin Tae-yong akan berlaga di perebutan medali perunggu.

Kekalahan ini tentu agak disayangkan, karena secara permainan, Tim Garuda Muda mampu mengimbangi permainan Tim Gajah Perang, baik di waktu normal maupun perpanjangan waktu.

Sepanjang pertandingan, Ricky Kambuaya cs sukses membuat Patrik Gustavsson dkk tak leluasa membawa bola. Ini membuat pertandingan menjadi intens dan berimbang.

Hasilnya, jual beli serangan tampak lancar. Meski tanpa Asnawi Mangkualam yang absen, Timnas Indonesia tampak baik-baik saja.

Boleh dibilang, taktik dan strategi Shin Tae-yong benar-benar pas dengan materi pemain yang ada. Tanpa kekuatan penuh, ternyata tidak masalah di sisi taktik dan teknik.

Masalahnya, kekalahan ini menghadirkan satu PR besar, yang ternyata masih jadi satu kelemahan fatal Timnas Indonesia, yakni aspek mental. Khususnya, saat pemain lawan bermain "tricky".

Kelemahan ini tampak terekspos di babak perpanjangan waktu, tepatnya sejak tendangan keras Weerathep Pomphun menjebol gawang Ernando Ari di menit ke 95.

Tertinggal 1-0, Tim Merah Putih memang langsung berusaha menekan. Tapi, Thailand juga berusaha mengontrol situasi, salah satunya dengan bermain "tricky".

Strategi ini terlihat, dari kecenderungan anak asuh Alexandre Polking untuk mengulur-ulur waktu. Entah dengan berpura-pura cedera atau bersitegang dengan wasit maupun pemain lawan.

Cenderung nakal, tapi inilah bagian dari strategi. Mirip "furbizia" ala sepak bola Italia.

Jelas, butuh kematangan mental di sini, karena ini adalah satu permainan mental. Ternyata, aspek ini jadi satu titik lemah fatal Timnas Indonesia.

Kelemahan ini terekspos habis, saat tim dalam kondisi dituntut bergerak cepat. Sisi "nakal" para pemain Thailand justru direspon dengan kenaifan.

Alih-alih gantian bersikap "nakal", anak asuh Shin Tae-yong justru merespon dengan emosional. Kelelahan dan kondisi tertinggal menjadi pemantik sempurna. Seperti korek api yang dilempar ke bensin.

Hasilnya, terjadi tawuran antarpemain di akhir pertandingan. Diawali kartu merah dari "professional foul" Firza Andika, situasi chaos langsung meledak. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun